Cakraningrat I mendapat mandat sebagai penguasa Madura di bawah pengaruh Mataram, sehingga terjadi hubungan yang erat antara Kraton di Jawa dengan Madura. Kekuasaannya di Sampang, Madura, membuat kendali jarak jauh yang dapat diketahui oleh Mataram yang terletak di Yogyakarta kala itu, sehingga ia kerap pulang-pergi antara Jawa dan Madura.
"Mereka yang datang dari Sampang itu memiliki agenda rutin setiap bulan Mulud (penanggalan Kalender Jawa) untuk sowan (berkunjung) kepada penguasa Mataram," tulis HT. Mulyadi dalam manuskrip lokal Masjid Sampangan.
Menurut Olthof dalam Babad Tanah Jawi (1941), semua wilayah yang tunduk kepada Mataram, bermula dari ekspedisi perairan kali Bengawan yang menghubungkan daratan Mataram menuju ke Surabaya hingga ke Madura.
Tak mengherankan jika kunjungan dari pemimpin-pemimpin vassal Mataram, seperti halnya Cakraningrat I dari Sampang, Madura, setiap kali sowan dengan pasukannya ke Mataram, selalu melintasi Bengawan Solo.
"Perjalanan jauh yang melelahkan, membuat orang-orang Sampang itu membutuhkan suatu tempat yang dapat digunakan untuk transit, sekadar mengistirahatkan diri sejenak dari perjalanan jauh," ungkap Ahsanudin, kepala pengurus Masjid Sampangan.
"Mereka menyempatkan diri buat transit dan beristirahat, makanya dibuat rumah panggung dari gedek (anyaman bambu) di pinggiran kali Jenes," lanjutnya.
Baca Juga: Hikayat Garam di Pulau Madura, Cermin Pertautan Manusia dan Alam
Baca Juga: Ika Arista dan Kisahnya Menjadi Empu Milenial Asal Sumenep Madura
Baca Juga: Melacak Jejak Peristirahatan Sang Arsitek Masjid Jami Sumenep
Source | : | Journal of Indonesian History (UNNES) |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR