Nationalgeographic.co.id - Galaksi kita, Bimasakti, mulai terbentuk sekitar 12 miliar tahun yang lalu. Sejak itu, ia telah berkembang baik dalam massa maupun ukuran melalui serangkaian penggabungan dengan galaksi-galaksi lainnya.
Mungkin yang paling menarik adalah bahwa proses ini ternyata masih berlangsung hingga saat ini, dan dengan menggunakan data dari pesawat ruang angkasa Gaia ESA, para astronom dapat melihat proses tersebut terjadi. Hal ini pada gilirannya memungkinkan mereka untuk merekonstruksi sejarah galaksi kita, mengungkapkan kembali 'pohon keluarga' dari galaksi-galaksi kecil yang telah membantu membuat Bimasakti menjadi seperti sekarang ini.
Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di Astrophysical Journal pada 17 Februari 2022 berjudul "The Global Dynamical Atlas of the Milky Way Mergers: Constraints from Gaia EDR3–based Orbits of Globular Clusters, Stellar Streams, and Satellite Galaxies", Khyati Malhan, yaitu seorang Humboldt Fellow di Max-Planck-Institut für Astronomie, Heidelberg, Jerman, bersama rekan-rekannya telah melakukan analisis data berdasarkan rilis data awal ketiga (EDR3) Gaia untuk mencari sisa-sisa galaksi yang lebih kecil yang bergabung dengan galaksi kita.
Sisa-sisa ini dapat ditemukan di apa yang disebut lingkaran cahaya Bimasakti atau Halo Bimasakti, yang mengelilingi piringan bintang-bintang muda dan tonjolan pusat bintang-bintang tua yang terdiri dari bagian-bagian Bimasakti yang lebih bercahaya.
Ketika sebuah galaksi asing jatuh ke dalam galaksi kita sendiri, gaya gravitasi besar yang dikenal sebagai gaya pasang surut menariknya terpisah. Jika proses ini berjalan lambat, bintang-bintang dari galaksi yang bergabung akan membentuk aliran bintang yang sangat besar yang dapat dengan mudah dibedakan dalam lingkaran cahaya. Jika prosesnya berjalan cepat, bintang-bintang galaksi yang bergabung akan lebih tersebar di seluruh lingkaran cahaya dan tidak ada tanda yang jelas akan terlihat.
Akan tetapi galaksi yang bergabung mungkin berisi lebih dari sekadar bintang. Itu juga bisa dikelilingi oleh populasi gugus bintang globular dan galaksi satelit kecil lainnya. Jadi, tim mencari ini di data Gaia.
Secara total mereka mempelajari 170 gugus bola, 41 aliran bintang, dan 46 satelit Bimasakti. Memplot mereka menurut energi dan momentum mereka mengungkapkan bahwa 25 persen dari benda-benda ini jatuh ke dalam enam kelompok yang berbeda. Setiap kelompok adalah penggabungan yang terjadi dengan Bimasakti. Ada juga kemungkinan penggabungan ketujuh dalam data.
Baca Juga: Astronom Menemukan 70 Planet 'Pengembara' Misterius di Konstelasi 13
Baca Juga: Astronom Mengembangkan Metode Baru Untuk Memahami Evolusi Galaksi
Baca Juga: Sebagian Besar Galaksi Pendamping Bimasakti adalah Pendatang Baru
Lima sebelumnya telah diidentifikasi pada survei bintang. Mereka dikenal sebagai Sagitarius, Cetus, Gaia-Sausage/Enceladus, LMS-1/Wukong, dan Arjuna/Sequoia/I'itoi. Namun yang keenam adalah peristiwa penggabungan yang baru diidentifikasi. Tim menyebutnya Pontus, yang berarti laut. Dalam mitologi Yunani, Pontus adalah nama salah satu anak pertama Gaia, dewi Bumi Yunani.
Berdasarkan cara Pontus ditarik terpisah oleh Bimasakti, Malhan dan rekan memperkirakan bahwa Pontus mungkin jatuh ke Bimasakti sekitar delapan hingga sepuluh miliar tahun yang lalu.
“Empat dari lima peristiwa penggabungan lainnya kemungkinan juga terjadi sekitar waktu ini. Akan tetapi peristiwa keenam, Sagitarius, adalah penggabungan yang lebih baru. Itu mungkin telah jatuh ke Bimasakti sekitar lima hingga enam miliar tahun terakhir. Akibatnya, Bimasakti belum bisa sepenuhnya mengganggunya,” tutur Malhan, seperti yang dilaporkan Tech Explorist.
Sepotong demi sepotong, akhirnya para astronom menyatukan kembali sejarah penggabungan galaksi kita, dan data Gaia terbukti sangat berharga.
Pada 13 Juni 2022 nanti, misi Gaia akan mengeluarkan rilis data 3, yang akan memberikan informasi lebih rinci lagi tentang masa lalu, sekarang, dan masa depan Bimasakti.
Source | : | Tech Explorist |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR