Penggunaan pelat bibir juga menjadi sumber pembeda, terutama bagi suku-suku yang menggunakannya. Ini membedakan mereka dari suku-suku lain yang ada.
Sebagai simbol kesuburan dan kelayakan untuk menikah, pelat bibir digunakan pada acara-acara penting seperti pernikahan dan kompetisi menari. Wanita yang sudah menikah juga diharapkan untuk memasukkan piring mereka saat melayani suami. Meskipun mengakui tradisi aneh ini, tampaknya cukup jelas bahwa wanita yang memakai pelat bibir tampak tidak nyaman. Namun, mereka harus melakukannya karena tradisi menuntut demikian.
Pada tahap awal, banyak wanita harus menanggung begitu banyak rasa sakit selama latihan menusuk dan memotong, tepat sebelum pelat bibir diperbaiki. Sayangnya, beberapa wanita telah membawa piring begitu lama sehingga entah bagaimana menjadi beban bagi mereka.
Baca Juga: Beberapa Tren Kecatikan Era Victoria yang Bikin Geleng Kepala
Baca Juga: Fenomena Operasi Plastik Zaman Kuno: dari Kecantikan sampai Hukuman
Baca Juga: Mengubah Sisi Gelap Industri Kecantikan Lewat Kecantikan Berkelanjutan
Baca Juga: Kala Menghitamkan Gigi Menjadi Simbol Kecantikan Wanita Jepang
Ada juga risiko infeksi di mana kondisi sanitasi yang ideal tidak terpenuhi selama proses pemasangan pelat bibir. Makan, minum dan tidur juga tidak mudah bagi para wanita ini karena mereka terus-menerus harus mengeluarkan piring bibir mereka.
Saat ini, anak perempuan dapat memutuskan apakah mereka ingin memakai pelat bibir atau tidak. Setiap wanita yang menolak untuk memakai pelat bibir dianggap malas dan tidak pantas mendapatkan mahar besar. Dia akan dianggap sebagai wanita muda yang tidak patuh kaarena telah menolak untuk menghormati tradisi.
Dalam beberapa kasus, penolakan untuk menggunakan pelat bibir dapat menyebabkan pembayaran mahar yang rendah. Meskipun penggunaannya terus berlanjut, tidak semua orang percaya bahwa penggunaan pelat bibir diperkenalkan untuk menonjolkan kecantikan. Hal ini disebabkan oleh pertentangan pendapat yang tidak pernah berakhir bahwa praktik pemotongan dan peregangan bibir bawah dimulai sebagai cara untuk dengan sengaja menjelek-jelekkan wanita suku sehingga mereka akan terlihat sangat tidak menarik bagi para pedagang budak.
Mendesak Pengesahan RUU Masyarakat Adat yang Menjadi Benteng Terakhir Upaya Konservasi
Source | : | History of Yesterday |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR