Kebersamaan dalam perayaan Semana Santa di Guatemala menarik wisatawan untuk menyaksikannya secara langsung.
Ungkapan iman dan persatuan warga terpancar di wajah mereka saat mengambil bagian dalam prosesi pemakaman. Untuk sementara, mereka melupakan segala kesenjangan dan perpecahan budaya.
Baca Juga: Alfombra, Tradisi Lama Penuh Warna Warga Antigua Sambut Semana Santa
Baca Juga: Maximón, Santo Perokok dan Peminum Alkohol yang Dihormati di Guatemala
Baca Juga: Semana Santa, Tradisi Perayaan Paskah Flores
“Anda hanya melihat raut wajah mereka dan menyadari bahwa tidak ada hal lain yang penting saat itu,” kata Saul Martinez, fotografer yang mengunjungi Guatemala selama satu dekade. Menurutnya, perayaan sakral ini menjadi sangat indah karena dedikasi warga untuk mewujudkannya.
“Tingkat kejahatan menurun, Anda bisa berjalan-jalan dengan bebas tanpa rasa cemas. Sesuatu yang sering kali tidak bisa dilakukan di kota besar,” tambah Martinez.
Minggu Paskah sangat meriah. Ini menjadi ‘pelarian’ dari segala masalah yang menimpa negara tersebut. Orang-orang bergembira dan sejenak melupakan semua perbedaan.
Bagi Cristy Toj, mengambil bagian dalam perayaan tahun ini adalah 'seperti kembali ke kehidupan kita.'
Penduduk Guatemala berusia 59 tahun, dari suku Maya Quiché, tinggal di kota Quetzaltenango. Sebelum pandemi, Toj melakukan perjalanan berjam-jam ke kota kecil tempat dia dilahirkan, Santa Cruz del Quiché. Di sana ia merayakan Semana Santa bersama keluarga dan komunitasnya.
Setiap tahun, ia membuat roti madu tradisional, pan de yemas, untuk dibagikan kepada kerabat, teman, dan tetangga. Menelusuri sejarahnya, roti ini mengingatkan mereka akan Yesus Kristus memecahkan roti dan membagikannya di antara para pengikut-Nya.
Semana Santa berbalut budaya lokal menjadi identitas kebanggaan nasional warga Guatemala.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR