Mereka mengungkapkan, analisis ini rumit dan jarang digunakan oleh para ilmuwan. Mereka melakukan eksperimen yang "membutuhkan waktu yang lama," kata Julia Jones, salah satu peneliti dari College of Engineering and Environmental Science, Bangor University, Inggris, dikutip dari Science.
"Ilmu konservasi sangat lambat mengadopsi metode yang kuat untuk mengevaluasi dampak," Tom Brooks berpendapat. Dia adalah kepala ilmuwan di International Union for Conservation of Nature dan tidak terlibat dalam studi ini. "Makalah ini sangat penting dalam membantu memajukan ketelitian yang jauh lebih besar."
Para peneliti menetapkan, kunci keberhasilan terbaik pada konservasi adalah apakah sebuah situs dikelola untuk burung air saja atau tidak. Jika demikian, manajemen akan memperkuat kualitas sungai dan danau pada tingkat yang tepat untuk spesies yang dilindungi, menghilangkan tanaman sumber hama invasif seperti gulma, atau memasang pagar untuk mencegah predator invasif.
"Untuk memperlambat hilangnya keanekaragaman hayati, kita membutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang pendekatan konservasi mana yang berhasil dan mana yang tidak," terang Jones. "Analisis ini memberikan indikasi yang sangat berguna tentang bagaimana konservasi dapat dilakukan. ditingkatkan untuk memberikan hasil yang lebih baik bagi spesies."
Apa bila manajemen aktif minim, hal itu bisa berdampak pada penurunan populasi, tulis para peneliti. Kerugian itu juga dapat diakibatkan oleh faktor di luar kendali, seperti meningkatnya polusi dari hulu atau pengambilan air yang berlebihan.
Mereka mendapati hanya 27 persen populasi burung-air di kawasan lindung meningkat dalam peranan sebuah cagar. 21 persen populasi justru dinilai terkena dampak negatif, dibandingkan dengan lokasi yang memiliki perlindungan. Akan tetapi dari penelitian yang dilakukan Wauchope dan tim, populasi tidak begitu tumbuh atau menyusut signifikan, cenderung stabil.
Wauchope menambahkan, para peneliti berharap hasil temuan ini dapat menjelaskan para pemangku kebijakan tentang kawasan lindung yang bermanfaat, terutama untuk burung.
Ekonom lingkungan di Johns Hopkins University Paul Ferraro menanggapi temuan ini. Hasil studi seperti ini perlu dilakukan lagi oleh peneliti lain agar beragam. "Jika kita ingin menjawab perdebatan yang tak berkesudahan ini tentang apa yang seharusnya menjadi target konservasi global kita, kita membutuhkan lebih banyak studi seperti ini. Lebih banyak lagi," tanggapnya di Science.
Source | : | Science Daily,Science |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR