Baca Juga: Kebanyakan Anak-Anak Vegetarian Mendapat Nutrisi Sebaik Pemakan Daging
Baca Juga: Walau Ada Berbagai Sayuran dalam Burger, Mengapa Tidak Sehat?
Baca Juga: Apakah Gaya Hidup Vegan adalah Solusi untuk Perubahan Iklim?
Baca Juga: Cacing Pita 18 Meter Ditemukan dalam Perut Pria Pemakan Daging Mentah
"Ada tiga kelompok besar pengubahan daging," ujar rekan penulis Isabelle Weindl yang juga peneliti PIK. "Ada yang berbasis tanaman seperti roti burger kedelai, dan sel hewan ditanam di cawan petri yang juga dikenal sebagai daging budidaya, yang sejauh ini sangat mahal tapi mendapat banyak perhatian publik baru-baru ini."
Ada pula protein mikrobia yang berasal dari fermentasi yang tidak kalah menarik, lanjut Weindl. Bahan ini sudah ada tersedia di supermarket di negara-negara Eropa seperti Inggris dan Swiss. Pengolahannya sebagian besar dapat dipisahkan dari produksi pertanian.
"Hasil kami menunjukkan bahwa meskipun gula sebagai bahan baku, protein mikroba membutuhkan lebih sedikit lahan pertanian dibandingkan dengan daging ruminansia untuk pasokan protein yang sama," jelasnya.
Para peneliti yakin, pemanfaatan bioteknologi bisa menjadi tantangan untuk pelestarian ekosistem hingga peningkatan pangan. Protein hewani, termasuk pengganti produk susu, bisa dilakukan. Manfaatnya tak hanya lahan, tetapi juga menghemat air dalam produksi dan mencegah tekanan pada ekosistem yang kaya karbon dan kenekaragaman hayati.
"Perubahan skala besar menuju makanan bioteknologi membutuhkan dekarbonisasi pembangkit listrik skala besar sehingga potensi perlindungan iklim dapat dikembangkan sepenuhnya," ujar rekan penulis Alexander Popp yang menjadi pemimpin kelompok Land Use Management di PIK.
"Namun, jika kita melakukan ini dengan benar, protein mikroba dapat membantu pencinta daging menerima perubahan. Itu benar-benar bisa membuat perbedaan."
Source | : | eurekalert,Nature |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR