Nationalgeographic.co.id—Lebih dari 25 abad yang lalu atau sekitar tahun 601-586 Sebelum Masehi (SM), Kekaisaran Babilonia menginvasi Kerajaan Yehuda atau Judea. Penaklukan tersebut merobohkan tembok kota, menghancurkan kuil dan peradaban di Yerusalem.
Sekarang, peninggalan artefak dan sejarah peristiwa pembantaian bangsa Yahudi di masa lalu itu menarik perhatian para arkeolog dunia. Yang terbaru, para arkeolog dari Tel Aviv University, University of Haifa, Weizmann Institute of Science dan Israel Antiquities Authority menganalisis residu dari guci penyimpanan keramik yang digali di lapisan penghancuran Babilonia (586 SM) di Yerusalem.
Lima dari guci yang dianalisis tersebut memiliki bekas stempel rossete atau ukiran berbentuk mawar di pegangannya. Bukti stempel tersebut menunjukkan bahwa isinya terkait dengan ekonomi dan sistem distribusi kerajaan Kerajaan Yehuda. Hasil analisis tersebut telah diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE dengan judul "Residue analysis evidence for wine enriched with vanilla consumed in Jerusalem on the eve of the Babylonian destruction in 586 BCE" belum lama ini.
Pada penelitian ini, para peneliti memeriksa dua kumpulan guci yang ditemukan di ruang penyimpanan di dua lokasi berbeda di Yerusalem. Kumpulan pertama berasal dari penggalian Tempat Parkir Giv'ati di lereng barat daya Temple Mount. Guci-guci tersebut diambil dari sebuah ruangan milik sebuah bangunan publik besar yang dihancurkan selama kehancuran Babilonia di Yerusalem pada 586 SM.
Kumpulan kedua ditemukan di bangunan publik yang terletak di lereng timur punggungan Kota Daud, di selatan Bukit Bait Suci dan di atas Mata Air Gihon. Guci-guci itu ditemukan di ruang tengah bangunan umum, yang mungkin dibangun pada abad ke-7 SM. Ruangan itu dipenuhi dengan puing-puing kehancuran tebal yang mencakup batu-batu yang runtuh dan sejumlah besar potongan kayu yang terbakar, tampaknya berasal dari balok langit-langit ruangan.
Empat dari guci penyimpanan yang dipulihkan berasal dari situs kedua. Pada salah satu dari pegangan lubang pertama terdapat cetakan stempel rossete yang berasal dari akhir abad ke-7-awal abad ke-6 SM.
Menurut tim arkeolog, keenam guci yang diperiksa dari situs pertama dan setidaknya dua guci dari yang situs yang kedua berisi anggur. Selain penanda anggur, salah satu wadah berisi biomarker minyak zaitun.
Hasil yang paling mengejutkan adalah profil yang diperoleh dari dua toples dari situs kedua dan ketiga guci menunjukkan adanya vanilin, senyawa kimia yang dapat ditemukan pada tanaman vanila.
Menurut peneliti, tampaknya guci itu digunakan untuk penyimpanan minyak zaitun dan anggur, dua produk khas kerajaan di bawah dominasi Asyur atau Asiria. Guci tersebut kemudian disegel untuk menghindari oksidasi isinya.
Residu vanila membuktikan prestise anggur yang luar biasa dan kebiasaan minum penduduk elit Yerusalem. Vanila di zaman itu harus diimpor dari lingkungan tropis India atau Afrika timur.
Source | : | PLOS ONE,Sci News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR