Pemetaan NKT juga perlu memperhatikan konservasi jasa lingkungan dan ekosistem sebagai HCV 4. Sebab, kawasan yang menjadi HCV 4 seperti daerah tangkapan air dan mengontrol erosi, berfungsi dalam situasi penting.
Penetapan dan konservasi di kawasan ini yang berikutnya akan menopang untuk kebutuhan dasar masyarakat.
"Meskipun yang bergantung itu hanya sejumlah penduduk di desa, itu harus kita anggap sebagai kawasan yang punya nilai konservasi," ia menjelaskan. Jika kawasan HCV 4 rusak dampaknya tidak hanya berdampak pada masyarakat, tetapi juga nilai konservasi pada kawasan lain.
Kebutuhan masyarakat pun perlu dikonservasikan sebagai HCV 5. "Kita lihat ada sandang, pangan, papan, sebagai kebutuhan kita," ujarnya. "Tetapi di HCV itu didetailkan lagi. Pangan itu ada karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, dan air."
Sehingga, wilayah yang memiliki kekayaan sumber gizi untuk masyarakat patut dikonservasikan. Jika nanti kebutuhan HCV 5 berkonflik dengan kepentingan HCV 1, perlu ada pembahasan pengelola bagaimana kebutuhan masyarakat dan konservasi terlindungi.
Terakhir, konservasi bukan perkara lingkungan keanekaragaman hayati, tetapi juga pada nilai budaya. Kawasan yang dimasukkan sebagai HCV 6 ini penting untuk tempat untuk menjaga budaya dan identitas masyarakat.
Salah satu yang jadi perdebatan adalah kawasan makam yang kerap dijadikan tempat ritual tradisional. Pemakaman umum di pedesaan, terang Aisyah, tidak bisa ditetapkan sebagai HCV 6 kecuali di dalamnya ada makam nenek moyang atau tokoh yang dilindungi masyarakat. "Itu bisa saja, tapi lihat kasus dan konteksnya," terangnya.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR