Nationalgeographic.co.id—Penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyebab utama kematian di Inggris. Satu dari delapan pria dan satu dari 15 wanita di Inggris meninggal dunia karenanya.
British Heart Foundation melaporkan setiap tahunnya penyakit ini bertanggung jawab atas sekitar 64.000 kematian. Salah satu faktor risiko utama penyakit jantung koroner adalah fisik yang tidak aktif.
Penyakit jantung koroner terjadi ketika bahan lemak menumpuk di dalam arteri koroner menyebabkan mereka menyempit dan mengurangi suplai darah dari jantung. Dilansir dari The Guardian, lebih dari satu dalam 10 kasus penyakit jantung koroner dapat dicegah jika orang mengurangi durasi menonton TV mereka menjadi kurang dari satu jam sehari.
“Mengurangi waktu yang dihabiskan untuk menonton TV harus diakui sebagai target perilaku utama untuk pencegahan penyakit jantung koroner, terlepas dari kerentanan genetik dan penanda risiko tradisional,” kata Youngwon Kim, asisten profesor di Universitas Hong Kong.
Kim mengatakan penelitian sebelumnya telah menemukan waktu menonton TV yang berlebihan dikaitkan dengan kadar kolesterol dan glukosa yang merugikan dalam tubuh. Menurutnya, tingkat penanda risiko kardiometabolik yang tidak menguntungkan ini diduga dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit jantung koroner.
Studi ini telah dipublikasikan di jurnal BMC Medicine dengan judul Genetic susceptibility, screen-based sedentary activities and incidence of coronary heart disease pada 24 Mei 2022. Kim dan rekan-rekannya melaporkan bagaimana mereka menggunakan data dari 373.026 orang kulit putih Inggris berusia 40-69 tahun yang merupakan bagian dari studi Biobank Inggris.
Tak satu pun dari peserta dalam penelitian tim memiliki penyakit jantung koroner atau strok ketika direkrut ke UK Biobank. Namun, para peneliti menemukan 9.185 kasus penyakit pada peserta melalui pendaftaran kematian nasional dan catatan masuk rumah sakit hingga musim gugur 2021.
Para ahli memperhitungkan risiko genetik penyakit jantung koroner, dihitung untuk setiap peserta serta faktor-faktor termasuk indeks massa tubuh, usia, jenis kelamin, status merokok, diet, jumlah aktivitas fisik dan tingkat kekurangan (level of deprivation). Berdasarkan hal-hal yang terlah disebutkan studi tersebut menunjukkan bahwa semakin besar jumlah menonton TV, semakin besar risiko terkena penyakit jantung koroner.
Dibandingkan dengan orang yang menonton TV empat jam atau lebih sehari, mereka yang menonton satu jam atau kurang memiliki risiko 16 persen lebih rendah terkena penyakit jantung koroner. Sedangkan bagi mereka yang menonton dua hingga tiga jam sehari, risikonya adalah 6 persen lebih rendah. Para peneliti mengatakan tren itu terjadi di semua usia dan semua tingkat risiko genetik, meskipun mereka yang memiliki risiko genetik lebih tinggi dari penyakit jantung koroner memiliki risiko lebih besar terkena kondisi tersebut.
Baca Juga: Di Balik Layar Siaran Televisi Pertama untuk Debat Presiden AS
Baca Juga: Acara Televisi Ini Akan Mengirim Pemenangnya ke Luar Angkasa
Baca Juga: Menonton TelevisI Lebih Buruk Bagi Kesehatan Dibanding Duduk Seharian di Kantor
Baca Juga: Penemuan Unik: Kelak Layar TV Bisa Dijilat untuk Cicipi Rasa Makanan
Namun tidak ditemukan hubungan antara jumlah penggunaan komputer di waktu senggang dan risiko penyakit jantung koroner. Kemungkinan karena faktor-faktor seperti keandalan yang lebih besar dalam mengingat menonton TV, ngemil sambil menonton TV, atau menonton TV yang cenderung lebih lama dan tidak terputus.
Dengan asumsi menonton TV mendorong peningkatan risiko penyakit jantung koroner—hubungan yang tidak dapat dibuktikan oleh penelitian ini—tim memperkirakan sekitar 11 persen kasus penyakit jantung koroner dapat dicegah jika orang mengurangi menonton TV menjadi kurang dari satu jam sehari, bahkan setelah memperhitungkan risiko genetik dan faktor lainnya.
Naveed Sattar, seorang profesor kedokteran metabolik di Universitas Glasgow yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mencatat bahwa temuan tersebut mungkin melebih-lebihkan manfaat dari memotong waktu menonton TV pada risiko penyakit jantung.
“Ada banyak bukti lain bahwa meningkatkan waktu aktivitas dengan mengganti waktu yang dihabiskan untuk duduk membantu menurunkan kadar lemak tubuh dan mencegah penambahan berat badan, meningkatkan tekanan darah dan kadar lemak darah, serta menurunkan risiko diabetes. Semua perbaikan tersebut, pada gilirannya, diketahui dapat mengurangi risiko serangan jantung dan stroke,” jelasnya.
Source | : | British Heart Foundation,The Guardian |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR