Konsep kota ini menyerupai asal tanah air mereka, di mana kota punya banyak kanal yang mengelilinginya, seperti Amsterdam. Bangunan Batavia pun mengikuti arsitektur Belanda dengan mengadaptasi iklim tropis di Hindia Timur.
Di Belanda, kanal itu masih lestari dan dimanfaatkan sampai saat ini sebagai transportasi dan perlindungan. Fungsi lain kanal adalah mengeringkan negeri-negeri rendah yang berada di bawah permukaan laut untuk memenuhi pertanian mereka. Kanal pun membuat pembagian tata letak ruang antara pemukiman, ruang terbuka, dan bangunan penting yang terhubung lewat jembatan.
"Kanal utama hanya dijembatani pada satu titik pada peta 1681, secara efektif mengisolasi bagian timur dan barat kota dari satu sama lain. Jembatan kedua, jembatan gantung kecil yang masih ada, dibangun pada 1655 di dekat kanal paling utara di bagian timur kota," tulis Kehoe.
Baca Juga: Wanita-Wanita Pezina Berdarah Asia yang Dihukum Mati di Batavia
Baca Juga: Peraturan-Peraturan Aneh buat Orang Jawa dan Tionghoa di Batavia
Baca Juga: Kala JP Coen Berkolusi dengan Bengkong di Batavia hingga VOC Bangkrut
Baca Juga: Belanda Melempar Tahi di Kota Batavia, Lahirlah Tanah Betawi
"Karena kanal utama adalah yang terluas, harus menampung perahu yang lebih besar, kurangnya jembatan ini dapat dipahami. Namun demikian, hal ini membuat kanal menjadi penghalang bagi pergerakan dengan berjalan kaki atau menunggang kuda atau dengan kereta."
Mengutip Vox, Euis Puspita Dewi dari Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, memandang kanal yang sedikit jembatan, terutama di kanal besar, memang disengaja untuk tujuan 'gelap'. Populasi Belanda kalah jumlah dibandingkan penduduk lainnya. Tujuan kanal ini adalah membagi dan mengendalikan etnis dan ras lainnya itu.
Kota Batavia dibagi menjadi pemukiman Belanda, Eropa lainnya (biasanya Portugis), Arab dan Moor, India, Tionghoa, dan pribumi, serta budak. Pemisahan pemukiman ini yang kelak membuat ketimpangan sosial dan rasial di tempat-tempat tersebut.
Misalnya, kanal di Angke yang berada di utara Batavia. Kanal ini menjadi saksi bagaimana Geger Pacinan terjadi akibat peraturan tidak adil Belanda terhadap orang Tionghoa. Geger Pacinan itu membuat ribuan orang Tionghoa dibantai dan memerah-darahkan kanal aliran kanal ini.
Source | : | Vox,sumber lain |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR