Menurut Christiane Demeulenaere Douyère pameran kolonial ini membawa dampak bagi perkembangan turisme di kawasan daerah-daerah jajahan.
Hal ini terjadi karena pameran kolonial ini mempertemukan antara dua kebudayaan dan peradaban yang meskipun dibatasi oleh diskriminasi dan rasisme yang terjadi pada masa itu. Namun, itu justru mengundang ketertarikan bangsa Eropa.
Baca Juga: Penyakit Kelamin Menjangkiti Kekuatan Militer Hindia Belanda
Baca Juga: Bon Rojo Berkisah: Ruang Terbuka Hijau di Blitar dari Zaman Belanda
Baca Juga: Melongok Taman Sriwedari Sebagai Hiburan Jawa Zaman Hindia Belanda
Baca Juga: Catatan Tionghoa, Ketika Putra Mahkota Tsar Rusia Melancongi Batavia
Bloembergen dalam tulisan Gregorius mengatakan bahwa ini merupakan suatu ajang pamer dunia “primitif” dan “eksotis” dari peradaban “lain” di belahan dunia timur kepada masyarakat “modern” Eropa.
Namun, menurutnya, hal ini juga mendorong ketertarikan orang-orang Eropa untuk mempelajari dan mengetahui, kemudian mengunjungi agar dapat melihat langsung kelestarian pedesaan dan kehidupan penduduk bumiputera di Hindia Belanda yang eksotis.
Melalui rangkaian foto, berita perjalanan, buku-buku, dan pameran kolonial ini, dunia timur yang tadinya merupakan terra incognita (dunia yang tidak diketahui), menjadi terra fantastica (Dunia yang menakjubkan).
Source | : | jurnal Patanjala |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR