Nationalgeographic.co.id - Romawi dan Tiongkok adalah dua peradaban besar yang tampak terisolasi satu sama lain. Maka tidak heran jika kontak antara kedua budaya ini memesona sejarawan. Baik itu sejarawan Barat ketika mempelajari tentang Tiongkok atau sebaliknya. Salah satu kisah yang belum terpecahkan adalah soal keberadaan terakhir legiun Romawi setelah perang Carrhae. Misteri hilangnya puluhan ribu tentara Romawi setelah perang Carrhae ini menarik perhatian sejarawan.
Ketamakan orang terkaya di Romawi membuahkan petaka
Pada 53 Sebelum Masehi jenderal Romawi Marcus Licinius Crassus bertempur melawan jenderal Parthia Surena. Pertempuran terjadi di Carrhae, dekat perbatasan Suriah-Turki modern. Pada masa itu, Carrhae berada di pinggiran Kekaisaran Romawi di barat dan Kekaisaran Parthia di timur.
Menjadi salah satu orang terkaya di republik Romawi rupanya masih belum cukup bagi Crassus. Ingin terus menumpuk harta, Crassus berambisi untuk mengakses kekayaan Parthia. “Sang Jenderal pun meyakinkan Senat memberi izin padanya untuk memimpin 42.000 tentara Romawi. Tentara itu dibawa ke medan peran melawan Parthia,” tutur Caleb Strom dilansir dari laman Ancient Origins.
Meski jumlah tentaranya lebih banyak, Crassus dan pasukannya mengalami kekalahan yang memalukan. Hanya dengan 10.000 pemanah, Surena mampu melawan Crassus. Crassus pun berusaha merundingkan gencatan senjata, tetapi akhirnya tewas terbunuh. Konon, ia mati dengan cara yang mengenaskan. Emas cair dituangkan ke tenggorokannya sebagai hukuman atas keserakahannya. Akhir yang mengenaskan bagi orang terkaya di republik Romawi. Akan tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa sang Jenderal dipenggal.
Bagaimana dengan sisa legiun atau tentara Romawi yang masih hidup?
Menurut beberapa sumber, sisa tentara yang masih hidup dipindahkan ke perbatasan timur Kekaisaran Parthia. Kemungkinan besar tentara yang kalah itu dikirim ke tempat yang sekarang disebut Turkmenistan.
“Parthia memiliki praktik standar mempekerjakan tentara yang ditangkap sebagai penjaga perbatasan,” tulis William Mclaughin di laman War History Online. Ini memperkecil peluang tentara Romawi untuk melarikan diri dan menerima nasib baru mereka.
17 tahun kemudian, pertempuran Zhizhi antara Tiongkok dan Hun pun terjadi. Saat itu, suku Hun adalah musuh abadi bangsa Tiongkok.
Menurut catatan sejarah, tentara bayaran bertempur di pihak Hun menggunakan formasi ‘sisik ikan’. Terkesan akan formasi ini, pejabat Tiongkok mengundang para tentara bayaran itu. Mereka akhirnya jadi bagian dari penjaga perbatasan di provinsi Gansu modern. “Kota Li-Jien atau Liqian disediakan untuk tentara bayaran ini,” ungkap Strom.
Siapakah para tentara bayaran yang misterius ini?
Formasi sisik ikan para tentara bayaran memiliki kemiripan yang samar dengan formasi testudo dari legiun Romawi. Maka muncul pendapat bahwa tentara misterius ini sebenarnya adalah legiuner Romawi yang diasingkan dari Pertempuran Carrhae. Mereka kemudian menjadi tentara bayaran yang digunakan oleh suku Hun.
Ide ini pertama kali diusulkan oleh sejarawan Homer Dubs. Dubs berpendapat bahwa beberapa tentara di pengasingan menyerah mencoba untuk kembali ke Romawi. Mereka pun beralih menjadi tentara bayaran untuk panglima perang lokal di wilayah tersebut. Beberapa dari mantan tentara Romawi ini mungkin bekerja untuk orang Hun dalam perang mereka melawan Tiongkok.
Baca Juga: Perang Etruska: Takluknya Peradaban Kuno Etruria ke Tangan Romawi
Baca Juga: Rudolf II, Kaisar Romawi Suci Depresi yang Menimbulkan Perang 30 Tahun
Baca Juga: Kucing Menjaga Alat Perang Romawi yang Disegani hingga Jadi Mitologi
Pendukung teori ini berusaha mencari kota Liqian dan percaya bahwa mereka telah menemukannya. Zhelaizhai adalah desa modern di dekat Lanzhou. Yang menarik dari kota ini adalah ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh penduduk kota itu. Mereka memiliki rambut cokelat dan mata biru, yang kontras dengan penampilan kebanyakan penduduk Tiongkok.
Selain itu, ada penemuan helm yang bertuliskan ‘salah satu yang menyerah.’ Dua artefak lain yang menarik adalah pot air bergaya Romawi serta batang kayu dengan pancang. “Batang kayu ini mirip dengan yang digunakan oleh orang Romawi untuk membangun benteng,” Strom menambahkan.
Ciri-ciri fisik penduduk desa itu serta penemuan artefak yang tidak biasa membuat banyak orang percaya bahwa Zhelaizhai adalah Liqian. Legenda ini menjadi populer dan digunakan untuk menarik wisatawan datang berkunjung.
Kontroversi di balik teori legiun Carrhae yang hilang secara misterius
Mungkinkah penduduk desa yang tidak biasa itu adalah keturunan orang Romawi yang terlantar? Teori ini menarik minat para ilmuwan Tiongkok dan Barat untuk meneliti lebih lanjut.
Sebuah studi genetik dari Universitas Lanzhou menunjukkan bahwa penduduk kota memiliki koneksi ke Eropa. Terlepas dari hubungannya dengan legiun Carrhae, kota ini dibangun di sepanjang Jalur Sutra lama. Sehingga mereka berhubungan dengan orang dari barat, terlepas itu tentara Romawi atau pedagang.
Yang lain menghubungkan nama Li-jien dengan Legiun atau Legion. Beberapa menggunakan argumen ini bahwa nama kota tersebut diadaptasi dari kata legiun.
Di sisi lain, tidak sedikit ahli yang meragukan kelayakan hipotesis. Meskipun ada kemungkinan bahwa sekelompok tentara bayaran Romawi bisa sampai ke Tiongkok barat, jaraknya masih sangat jauh.
Selain itu, tidak ada bukti yang mengonfirmasi bahwa orang Romawi pernah berada di Liqian di masa lalu. Bagaimana dengan temuan artefak Romawi? Panci gaya Romawi bisa diperoleh melalui perdagangan dan artefak lainnya tidak memiliki ciri khas Romawi.
Selain itu, penampilan fisik dan hubungan genetik penduduk desa bukan penentu bahwa mereka adalah keturunan masyarakat Mediterania. Sebabnya, ada banyak kelompok etnis Asia Tengah yang juga memiliki ikatan genetik dengan wilayah Mediterania. Mereka juga memiliki ciri-ciri seperti rambut pirang atau coklat dan mata biru.
Bahkan jika memiliki keturunan Eropa atau mediterania, bukan berarti penduduk desa adalah keturunan dari legiun yang hilang itu. Alasannya adalah posisi yang berada di Jalur Sutra lama. Ini membuat perkawinan campur dengan orang yang melintas bisa terjadi kapan saja.
Masalah lainnya adalah kecil kemungkinan nama Li-Jien terkait dengan kata legiun. Sarjana Tiongkok menganalisis etimologi nama tersebut. Menurutnya, ini terkait dengan negara bagian Lixuan, yang memiliki koneksi ke Ptolemeus Mesir tetapi tidak ke Romawi. Bahkan jika ada koneksi ke dunia Mediterania barat, koneksinya dengan Yunani lebih memungkinkan.
Temuan genetik dan artefak Romawi tidak cukup kuat untuk membuktikan bahwa legiun Carrhae berakhir di sana. Namun yang pasti, penyebab perbedaan fisik orang-orang Liqian tidak dapat dijelaskan hingga kini.
Hingga saat ini, keberadaan legiun Romawi yang tersisa setelah perang Carrhae masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR