Mereka mencari tahu, apakah kucing bisa menghubungkan kata-kata manusia yang menyebut nama kucing lain dengan objek yang sesuai (kucing lain). Uji itu lewat dua fase sederhana yang disebut sebagai pelanggaran harapan visual-auditori.
Fase pertama, kucing yang ditahan para ilmuwan disuguhkan monitor. Ketika mereka lebih tenang dan fokus, peneliti memutar rekaman pemiliknya yang menyebut nama salah satu teman kucingnya.
Fase kedua, peneliti melepaskan kucing dan memunculkan wajah kucing di monitor. Kadang-kadang, kucing yang muncul di layar cocok dengan nama yang diucapkan dan tidak cocok, supaya memicu pelanggaran harapan visual-auditori.
Baca Juga: Tidak Hanya Bikin Mabuk, Ternyata Catnip Juga Melindungi Kucing
Baca Juga: Bukan Kucing atau Burung, Firaun Pertama dari Mesir Memuja Ikan Lele
Baca Juga: Mata Kucing dan Anjing Bersinar dalam Gelap, Ternyata Ini Alasannya
Baca Juga: Kucing Menjaga Alat Perang Romawi yang Disegani hingga Jadi Mitologi
Ketika hewan mengalami pelanggaran harapan, mereka menyelidiki dengan mentap, bahkan mengendus dengan rasa curiga pada montor. Para peneliti mengubah perilaku ini menjadi indeks pelanggaran. Artinya, semakin lama kucing menyelidiki monitor ketika nama dan gambar tidak sesuai, kucing bisa memahami penamaan manusia.
Kucing rumahan punya penilaian jauh lebih besar dalam mengidentifikasi nama dan kucing lain, dibandingkan mereka yang ada di penampungan kucing. Ini menunjukkan bahwa hanya kucing rumahan yang mengantisipasi wajah kucing tertentu setelah mendengar nama. Mereka mengetahui nama teman kucing mereka.
"Ini adalah bukti pertama bahwa kucing domestik menghubungkan ucapan manusia dan referensi sosial mereka melalui pengalaman sehari-hari," tulis penulis penelitian. "Namun, kami tidak bisa mengidentifikasi mekanisme pembelajaran. Masih menjadi pertanyaan terbuka bagaimana kucing mempelajari nama dan wajah kucing lain.”
Source | : | Asahi Shimbun,Big Think |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR