Sayangnya, metode biomarker tidak dapat bekerja dengan baik pada otak domba bertanduk besar, meski mereka menunjukkan tanda-tanda pembentukan tau. Otak muskox, bagaimana juga, menyala dengan tau seperti pohon natal.
Kesan pertama, itu mungkin tidak masuk akal bahwa perilaku alami, seperti mengadu kepala, dapat sangat berbahaya. Namun yang terpenting ini adalah permainan panjang, kata Ackermans.
“Setiap tahun, muskox akan beradu kepala berkali-kali, tetapi jika mereka bereproduksi dengan sukses bahkan hanya sekali, hanya itu yang Anda butuhkan,” katanya. “Hal yang mendorong, secara evolusioner, adalah hanya jangan sampai mati.”
Itu mungkin yang membantu muskox jantan hidup kurang dari 15 tahun dan betinanya 15 sampai 3 tahun, ucapnya. Jadi bahkan jika protein tau dibangun sepanjang hidup hewan, mereka mungkin tidak pernah menumpuk ke satu titik tempat mereka dapat menyebabkan kondisi seperti Alheimer atau dementia lainnya.
“Hidup mereka tidak serumit itu,” tutur Ackermans. “Jadi mungkin sekali, mereka hanya bertahan hidup selama mungkin untuk melakukan apa yang mereka perlu lakukan.”
Dan bahkan jika mereka mengembangkan kondisi itu, siapa yang tahu? “Tidak ada skala perilaku bagi muskox. Jadi kita tidak dapat berkata bahwa mereka tidak merasa sedikit pelupa,” ucapnya.
Selanjutnya, Ackermans ingin mempelajari berbagai spesies burung pelatuk untuk melihat apakah mereka menunjukkan trauma otak dari perilaku membenturkan kepala mereka. Satu-satunya studi lain untuk melihat otak burung menemukan beberapa bukti dari tau, tetapi “itu tidak benar-benar dalam pola yang spesifik,” katanya.
Perkawinan sampai mati
Dalam beberapa hal, muskox menarik sebanding dengan marsupial tertentu, kata Diana Fischer, ahli ekologi mamalia di University of Queensland School of Biological Sciences di Australia.
Kecil dan karnivora, antechinus adalah genus asli daratan Australia dan Tasmania. Pada tahun-tahun belakangan, mereka telah menjadi berita utama untuk cara pejantan mempraktikan semelparity—satu ledakan dari keluaran reproduksi, diikuti dengan kematian yang terprogram. Betina antechinus dapat hidup dua atau tiga tahun atau lebih. Namun jantannya jarang bertahan lebih lama dari 11 bulan.
“Mereka memiliki musim kawin yang sangat dahsyat,” kata Fischer. Periode pemuliaan dapat bertahan 12 sampai 14 jam, dan setelah itu setiap jantan akan mencoba untuk mengawini sebanyak mungkin betina lain semampunya—yang menyebabkan kematiannya.
“Kolagen di kulitnya hancur, ususnya hancur, dan mereka mengalami pendarahan dalam,” ucap Fischer. “Mereka menjadi sangat rentan terhadap parasit dan penyakit, sistem imun mereka gagal.” Dalam beberapa minggu mereka akan mati.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Warsono |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR