Nationalgeographic.co.id—Pada zaman batu, liontin adalah simbolisme kuat yang dibuat dari gigi dan tulang binatang. Liontin itu menghiasi tubuh atau pakaian dan menjadi aksesoris. Akan tetapi ternyata, penelitian baru dari University of Helsinki menunjukan bahwa tulang manusia juga digunakan sebagai bahan baku untuk liontin.
Temuan ini cukup sensasional. Karena benda-benda itu adalah potongan tulang sederhana dengan satu atau beberapa alur yang dipotong di dalamnya. Dalam penelitian sebelumnya, tulang-tulang itu diklasifikasikan sebagai tulang hewan.
Liontin tulang manusia menimbulkan banyak pertanyaan. Dari tulang siapa mereka dibuat dan bagaimana tulang itu diperoleh? Apakah orang-orang yang memakai liontin itu tahu dari tulang siapa mereka terbuat? Apakah asal usul tulang membuat perbedaan?
Pada penelitian ini, para peneliti memeriksa kembali temuan permakaman yang berusia lebih dari 8.200 tahun. Tulang-tulang tersebut ditemukan sekitar 80 tahun yang lalu dalam penggalian arkeologis.
Pada tahun 1930-an, penggalian arkeologis dilakukan di pulau Yuzhniy Oleniy Ostrov di Danau Onega, Rusia. Tulang-tulang itu merupakan sisa-sisa orang yang meninggal dan berbagai benda dari 177 kuburan digali.
Di antara aksesoris yang ditemukan, terdapat liontin gigi hewan dan patung mini, rusa Eurasia, berang-berang, dan beruang cokelat. Dan itu semua sepertinya merupakan hewan yang penting bagi orang-orang ini.
Namun di antara liontin gigi ada liontin yang terbuat dari tulang yang bentuknya tidak memungkinkan untuk mengidentifikasi spesiesnya. Proyek penelitian Animals Make Identities di University of Helsinki mulai menyelidiki tulang-tulang tersebut.
Lektor Kepala Kristiina Mannermaa, pemimpin proyek, dan rekan-rekannya mengirim liontin tulang yang ditemukan di kuburan ke fasilitas penelitian BioArCh di University of York. Agar sampel itu dapat dianalisis menggunakan teknik zooarchaeology by mass spectrometry (ZooMS).
Dengan bantuan spektrometri massa, teknik ini mengidentifikasi spesies dari peptida, atau asam amino, yang diekstraksi dari protein yang terkandung dalam sampel tulang yang sangat kecil.
Hasilnya mengejutkan, 12 dari 37 sampel ternyata adalah tulang manusia. Sementaranya sisa liontin dibuat terutama dari tulang rusa dan sapi.
Liontin tulang manusia adalah serpihan tulang panjang yang patah dengan berbagai ukuran, dengan satu atau dua alur dipotong di dalamnya. Mereka berasal dari tiga kuburan, salah satunya berisi dua orang yang sudah meninggal. Liontin ditemukan di tempat yang sama dengan liontin gigi dan liontin tulang hewan.
Baca Juga: Penemuan Artefak Diduga Jimat dari Tulang Manusia di Siberia
Baca Juga: Ukiran di Tulang Rusa, Karya Seni Tertua Manusia Purba Neanderthal
Baca Juga: Penemuan Sisa-Sisa Tulang dari Tempat Pembantaian Neolitikum
Dari koneksi etnografi, penggunaan tulang manusia sebagai bahan baku untuk sesuatu kemungkinan terdapat di Asia dan Amerika Selatan. Akan tetapi data prasejarah yang ada sangat sedikit di lapangan.
Kadang-kadang, upaya dilakukan untuk merendahkan bagian tubuh musuh dengan mengerjakannya dan memajangnya. Pada saat yang sama, bagian tubuh anggota keluarga menjadi usang karena rasa hormat atau keterikatan, misalnya, setelah diproses menjadi liontin.
Biasanya, penggunaan tulang manusia sebagai bahan baku dikaitkan dengan kanibalisme, karena sering kali ada bekas pemotongan daging pada tulang. Namun, kelangkaan bukti yang tak terbantahkan membuat sulit untuk memverifikasi kanibalisme berdasarkan temuan arkeologis.
Menurut Mannermaa, kanibalisme untuk tujuan ritual mungkin lebih umum di Zaman Batu daripada yang diperkirakan, tetapi kita tidak tahu penyebab yang mendasarinya.
"Permukaan liontin tulang yang kami selidiki sangat usang sehingga Anda tidak dapat melihat kemungkinan bekas luka, yang berarti kami tidak memiliki alasan untuk mencurigai kanibalisme berdasarkan penemuan di Yuzhniy Oleniy Ostrov," kata Mannermaa dalam rilis media.
Berdasarkan tampilan umum yang seragam, liontin tulang mungkin telah menggantikan liontin gigi yang hilang pada ornamen dan sebagai aksesoris kalung. Para peneliti menganggap sangat menarik bahwa jenis liontin tulang yang sama dibuat dari tulang hewan dan manusia.
Fakta, kata Mannermaa, bahwa penggunaan tulang manusia tidak ditekankan dengan cara apa pun dan bahwa benda-benda tersebut tidak dapat dibedakan. "Mirip dengan benda-benda yang terbuat dari tulang hewan dapat menunjukkan jalinan antara hewan dan manusia dalam pandangan dunia Zaman Batu," kata Mannermaa.
"Menggunakan tulang hewan dan manusia bersama-sama dalam ornamen atau pakaian yang sama mungkin melambangkan kemampuan manusia untuk berubah menjadi hewan dalam pikiran mereka."
Selain itu, lanjutnya, mereka percaya bahwa hewan mampu mengambil bentuk manusia. "Kami tahu bahwa pengaburan bentuk dan batas seperti itu telah dan masih menjadi bagian dari pandangan dunia masyarakat adat."
Laporan lengkap penelitian ini telah dipublikasikan di Journal of Archaeological Science dengan judul "First evidence of human bone pendants from Late Mesolithic Northeast Europe."
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | University of Helnsinki,Journal of Archaeological Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR