Ambil contoh Celadus the Thracian—pendatang baru berprestasi di Pompeii dengan tiga kemenangan. Ia merupakan sumber “keluh kesah para gadis,” menurut sebuah graffiti.
Pukulan terakhir untuk gladiator yang kalah
Kebanyakan gladiator tidak bertarung sampai mati. Untuk setiap 10 gladiator yang memasuki ring, para ahli memperkirakan sembilan orang dibiarkan hidup.
Baca Juga: Kesadisan Pertunjukan Paruh Waktu Romawi 'Damnatio ad Bestias'
Baca Juga: Orang Romawi Percaya Darah Gladiator Dapat Mengobati Epilepsi
Baca Juga: Kisah Tragis Gladiator, sang Pahlawan di Dunia Hiburan Romawi Kuno
Baca Juga: Gladiatrix, Sebutan Gladiator Perempuan yang Bertarung di Roma
“Namun, terkadang kematian adalah hasil yang tak terhindarkan,” tambah Curry. Terutama jika sponsor—pelindung kaya yang membayar tontonan itu—menuntut kematian gladiator pada pertandingan.
Jika yang kalah tidak mau diampuni, pemenangnya diharapkan untuk memberikan potongan pedang terakhir. Ini biasanya tusukan cepat ke bawah melalui leher ke jantung.
Dalam beberapa kasus, algojo bertopeng, membawa palu berat, siap memberikan pukulan maut pada gladiator yang kalah.
“Membunuh gladiator dilakukan dengan cepat dan bersih,” kata John Coulston, seorang arkeolog di University of St. Andrews di Skotlandia. "Ini adalah adab profesional antara gladiator—jika seseorang akan mati, buatlah senyaman mungkin, dan benar-benar mematikan."
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR