Nationalgeographic.co.id—Pada bulan Maret 2022, Profesor Scott Persons dari College of Charleston dan rekan menyarankan bahwa Tyrannosaurus rex harus direklasifikasi menjadi tiga spesies. Tiga spesies itu yakni, Tyrannosaurus rex standar, Tyrannosaurus imperator yang 'kuat', dan Tyrannosaurus regina yang 'gracile' atau 'bertubuh ramping'.
Sekarang, tim peneliti yang dipimpin oleh Thomas Carr dari Carthage College telah menerbitkan bantahan terhadap studi 'beberapa spesies Tyrannosaurus'.
"Tyrannosaurus rex tetap menjadi satu-satunya raja dinosaurus yang sebenarnya," kata rekan penulis Steve Brusatte, ahli paleontologi di University of Edinburgh.
Dalam penelitian baru, Carr, Brusatte dan rekan-rekan mereka meninjau kembali data asli dan juga menambahkan pengukuran dari 112 spesies burung, yang merupakan dinosaurus hidup, dan dari empat dinosaurus theropoda non-unggas.
Mereka menemukan bahwa argumen adanya beberapa spesies Tyrannosaurus didasarkan pada sampel komparatif yang terbatas, pengukuran yang tidak dapat dibandingkan, dan teknik statistik yang tidak tepat.
“Studi Maret 2022 mengklaim bahwa variasi spesimen Tyrannosaurus rex sangat tinggi sehingga mereka mungkin berasal dari beberapa spesies dinosaurus pemakan daging raksasa yang terkait erat," kata rekan penulis James Napoli, seorang mahasiswa doktoral di American Museum of Natural History.
"Tetapi klaim ini didasarkan pada sampel komparatif yang sangat kecil."
Jika dibandingkan dengan data dari ratusan burung hidup, kata peneliti, mereka benar-benar menemukan bahwa Tyrannosaurus rex kurang bervariasi daripada kebanyakan dinosaurus theropoda yang masih hidup.
"Garis bukti untuk beberapa spesies yang diusulkan ini tidak bertahan," kata peneliti.
Laporan peneliti pada Maret 2022 menyatakan bahwa variasi ukuran gigi kedua di rahang bawah, selain kekokohan tulang paha, menunjukkan adanya beberapa spesies.
Tetapi penulis penelitian saat ini tidak dapat mereplikasi temuan gigi. Dan mereka menemukan hasil yang berbeda dari pengukuran mereka sendiri terhadap spesimen yang sama.
Source | : | American Museum of Natural History,Evolutionary Biology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR