Mekanisme ini membuat beragam jenis interaksi manusia dan CES. Misalnya, dalam makalah mereka menyebutkan, bisa jadi ada interaksi positif lewat mekanisme "kohesif (padu)", "kreatif", dan "formatif", tetapi di sisi lain juga ada interaksi negatif lewat mekanisme "iritatif" dan "destruktif".
Para peneliti menjelaskan, kontribusi negatif terhadap kesejahteraan manusia muncul karena adanya degradasi atau hilangnya nilai CES, dan lewat 'kerugian' ekosistem. Contohnya, bising suara satwa liar di malam hari ternyata bisa memengaruhi kesehatan mental beberapa orang secara khusus. Akan tetapi, bising ini punya kontribusi positif tertinggi dari CES untuk kesehatan mental dan fisik yang dihasilkan terutama dalam rekreasi, pariwisata, dan nilai estetika.
"Sangat menarik untuk dicatat bahwa jalur dan mekanisme yang diidentifikasi daripada memengaruhi kesejahteraan manusia secara mandiri, sering kali berinteraksi dengan kuat," tutur Alexandros Gasparatos, rekan penulis dan profesor di Institute for Future Initiatives (IFI) University of Tokyo.
"Ini dapat menciptakan pertukaran negatif dalam konteks tertentu, tetapi juga sinergi positif yang penting yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan banyak manfaat bagi kesejahteraan manusia."
Namun, dari 227 hubungan unik, para peneliti yakin bahwa mungkin masih ada banyak lagi yang belum teridentifikasi. "Kami berhipotesis bahwa jalur dan mekanisme yang hilang dapat hadir di komunitas yang bergantung pada ekosistem, dan terutama komunitas tradisional dan penduduk asli, mengingat hubungan mereka yang sangat unik dengan alam," terang Gasparatos.
"Kesenjangan pengetahuan lain yang kami identifikasi adalah bahwa literatur yang ada tentang dimensi nonmaterial dari hubungan manusia-alam ini terutama berfokus pada kesejahteraan individu daripada kesejahteraan kolektif (komunitas)," jelas Huynh. "Kesenjangan yang signifikan ini menghalangi kapasitas kami untuk mengidentifikasi kemungkinan sinergi dan pertukaran dalam penelitian dan praktik pengelolaan ekosistem."
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR