Dikenal sebagai Santa Helena, ia dilahirkan dengan asal-usul yang relatif sederhana di suatu tempat di Yunani. Tidak ada yang cukup jelas bagaimana atau kapan Helena bertemu Kaisar Konstantius. Bahkan bagaimana persisnya hubungan keduanya tidak diketahui dengan jelas. Mereka berpisah sebelum tahun 289 Masehi, ketika Konstantius menikahi Theodora, seorang istri yang lebih cocok dengan statusnya yang sedang naik daun.
Pernikahan Helena dan Konstantius melahirkan satu putra: calon kaisar Konstantinus I. Pada aksesi, Helena dibawa kembali ke kehidupan publik dari ketidakjelasan. Diberi gelar Augusta Imperatrix, dia diberi akses ke dana kerajaan yang hampir tak terbatas. Helena ditugaskan untuk menemukan relik Kristen yang penting.
Dalam pencariannya, Helena melakukan perjalanan ke Palaestinia, Yerusalem dan Suriah. Ia mendirikan gereja-gereja penting dan membantu meningkatkan profil Kekristenan di Kekaisaran Romawi.
Julia Domna
Lahir dari keluarga Arab di Suriah Romawi, keluarga Julia adalah raja imam yang kuat dan sangat kaya. Dia menikahi calon kaisar Septimius Severus pada tahun 187 Masehi ketika dia masih menjadi gubernur Lugdunum. Berbagai sumber sejarah menyatakan bahwa pasangan itu bahagia bersama.
Baca Juga: Lima Kaisar Romawi yang Tangannya Paling Berdarah dalam Sejarah
Baca Juga: Jabatan yang Menggiurkan, Bagaimana Orang Romawi Bisa Jadi Kaisar?
Baca Juga: Hiburan Paling Brutal Sepanjang Sejarah, dari Viking hingga Romawi
Baca Juga: Silau akan Harta, Alasan Mengapa Orang Romawi Sukses dalam Peperangan
Domna menjadi permaisuri pada tahun 197 Masehi, menemani suaminya dalam kampanye militernya. Dengan setia, ia tinggal di kamp tentara bersamanya. Domna secara luas dihormati dan dipuja. Septimius Severus dikatakan mengindahkan nasihatnya dan bersandar padanya untuk nasihat politik. Dia diberikan gelar kehormatan dan koin dicetak dengan gambarnya.
Setelah kematian Severus pada tahun 211 Masehi, Domna mempertahankan peran yang relatif aktif dalam politik. “Ia membantu menengahi perseteruan putranya, Caracalla dan Geta, yang seharusnya memerintah bersama,” imbuh Roller.
Setelah kematian Caracalla selama perang dengan Parthia, ia memilih untuk bunuh diri. Ia lebih memilih mati daripada menderita penghinaan dan rasa malu setelah kejatuhan keluarga.
Source | : | History Hit |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR