Asal usul Fulvia agak tidak jelas, tetapi tampaknya dia mungkin bagian dari keluarga plebs Romawi yang kaya. Fulvia menikah tiga kali selama hidupnya. Pertama dengan politisi Clodius Pulcher, kedua dengan konsul Scribonius Curio, dan akhirnya dengan Mark Antony.
Minatnya untuk politik berkembang selama pernikahan pertamanya. Ia menyadari bahwa garis keturunan dan pengaruhnya dapat mempromosikan karir suaminya dan meningkatkan kekayaan.
Setelah kematian suami keduanya pada 49 Sebelum Masehi, Fulvia menjadi janda yang paling dicari. Dengan sekutu politik yang kuat dan harta keluarga, dia bisa menawarkan banyak bantuan kepada suaminya dalam kehidupan publik.
Pernikahan terakhirnya dengan Mark Antony dikenang mengingat hubungannya dengan Cleopatra. Karena perselingkuhan Mark antony, Fulvia digambarkan sebagai istri berbakti yang sering ditinggalkan di rumah.
Agrippina Muda
Dilabeli oleh beberapa sejarawan sebagai 'permaisuri sejati pertama Romawi', Agrippina Muda lahir dalam dinasti Julio-Claudian. Kakaknya, Caligula, menjadi kaisar pada tahun 37 Masehi dan kehidupan Agrippina berubah secara dramatis. Setelah merencanakan kudeta, ia diasingkan selama beberapa tahun, sampai Caligula meninggal. Pamannya, Claudius, mengundangnya kembali ke Roma.
Yang mengejutkan (bahkan menurut standar Romawi), dia kemudian menikahi Claudius, pamannya sendiri, setelah kematian Messalina. Tidak seperti permaisuri sebelumnya, Agrippina menggunakan kekuatan keras, bukan hanya pengaruh politik yang lembut.
Ia menjadi pasangan yang terlihat bagi suaminya, duduk di sampingnya sebagai pasangannya dalam acara-acara kenegaraan. Lima tahun berikutnya terbukti menjadi tahun yang relatif makmur dan stabil.
Tidak puas dengan berbagi kekuasaan, Agrippina membunuh Claudius. Tujuannya agar putranya yang berusia 16 tahun, Nero, dapat menggantikannya sebagai kaisar. Dengan seorang remaja di atas takhta, kekuatannya jadi makin besar. Dia bisa bertindak sebagai wali kaisar remaja itu. Ikonografi, termasuk koin dari masa itu, menunjukkan Agrippina dan Nero sebagai wajah kekuasaan.
Keseimbangan kekuatan ini tidak bertahan lama. Nero menjadi bosan dengan ibunya yang terlalu berpengaruh. Nero pun dikabarkan membunuhnya dalam skema rumit yang awalnya dirancang agar terlihat seperti kecelakaan. Agrippina populer dan Nero tidak ingin merusak citra publiknya karena pembunuhan sang ibu. Rencananya dan popularitasnya anjlok setelah insiden tersebut.
Helena Augusta
Source | : | History Hit |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR