Lewat makalahnya ia menjelaskan, residen Palembang berkali-kali mengajukan protes kepada Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1804) soal bajak laut. Pihak kesultanan pun sudah berkali-kali menghalau para elanong, tetapi tidak bisa menghilangkannya.
Bahkan, pada abad ke-19, terdapat tokoh bajak laut yang sangat terkenal bernama Raden Jafar. Kesultanan harus beradu kekuatan besar untuk menaklukkannya. Ada juga tokoh lain bernama Panglima Raja dari Belitung. Kekuasaan bajak laut ini bahkan sampai ke Cirebon.
Baca Juga: Selidik Pedang Bermata Satu Bajak Laut Turki Era Kesultanan Utsmaniyah
Baca Juga: Kisah Anne Bonny dan Mary Read, Dua Bajak Laut Wanita yang Disegani
Baca Juga: Kisah Julius Caesar Muda yang Ternyata Pernah Diculik oleh Bajak Laut
Baca Juga: Ching Shih, Bajak Laut Perempuan Penakluk Perairan Laut Cina Selatan
Kegiatan bajak laut juga ternyata menjadi salah satu faktor kemunduran pencarian komoditas timah oleh VOC. Endang menulis, "Hal ini disebabkan VOC tidak mampu membeli timah. Sultan Bahauddin tidak akan menyerahkan komoditi tersebut kepada kompeni Belanda secara kredit...dan sultan pun menolak memberikan pinjaman pada kompeni Belanda.
Pegawai-pegawai VOC pun melakukan perdagangan gelap dengan pedagang Palembang, Lingga di Riau, Bone, dan pedagang kecil pribumi lainnya. Namun, perdagangan gelap ini punya tantangan karena di laut ada bajak laut yang mengintai.
Sampai saat ini, bajak laut di perairan timur Sumatra seperti Laut Natuna dan dekat Belitung masih marak. Keberadaan mereka pun masih terus disebutkan oleh masyarakat Palembang dan Bangka Belitung sebagai lanun atau elanong.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR