Peraturan hukum dan pajak tentang pelacur serta keuntungan berinvestasi di rumah bordil mendorong roda ekonomi rumah bordil di Romawi. Pada akhirnya, itu juga akan menguntungkan kas kekaisaran.
Hukum pajak dipertahankan oleh Severus Alexander ketika dia berkuasa. Satu-satunya perbedaan adalah uang pajak yang terkumpul digunakan untuk pemeliharaan gedung-gedung publik. Alih-alih dijadikan harta kekaisaran seperti di zaman Caligula.
Peran prostitusi dalam upacara keagamaan
Ini mungkin terdengar janggal, namun prostitusi suci telah diperdebatkan panjang lebar oleh para sejarawan.
Beberapa upacara keagamaan sepenuhnya didedikasikan untuk para pelacur. Persembahan dilakukan oleh para pelacur di Kuil Venus Erycina. Bangsa Romawi juga memiliki festival Floralia yang dirayakan untuk menghormati dewi Flora.
Pelukis Barok Italia Giovanni Battista Tiepolo melukis “The Triumph of Flora” pada abad ke-18. Ia menggambarkan para pelacur telanjang dan melakukan tarian erotis di festival Floralia. Lukisan itu didasarkan pada interpretasi rendition of the Poet's Ovid.
Pelacuran digambarkan dalam karya seni kuno
Para arkeolog telah menemukan banyak artefak dan reruntuhan rumah bordil di Pompeii. Artefak ini terpelihara dengan baik berkat abu letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi.
Lukisan mural erotis dan lukisan dinding tanpa sensor mengungkap jenis aktivitas seksual yang umum dilakukan di masa itu.
“Francis I, Raja Napoli membatasi gambar-gambar seksual ini di museum rahasia,” tambah Kabir. Museum ini hanya dapat diakses oleh orang dewasa atau anak di bawah umur yang ditemani oleh orang dewasa.
Penyair seperti Ovid, Tibullus, dan Propertius menulis puisi romantis dan memikat yang didedikasikan untuk pelacur tertentu. Alih-alih menyebutkan nama secara terang-terangan, para penyair itu menggunakan inisial. Ini jelas menunjukkan bahwa pelacur tidak pernah diberi posisi terhormat dalam masyarakat kuno.
Pelacur dianggap sebagai orang yang terkenal namun tidak memiliki hak-hak sipil dasar. Orang-orang Romawi yang lahir bebas tidak diizinkan untuk menikahi mereka.
Ironis memang, mereka mendorong roda perekonomian namun dibatasi segala hak-haknya. Para pelacur hanyalah objek penghasil kekayaan bagi kaum elite dan kekaisaran, sementara orang-orang kaya bebas berselingkuh.
Source | : | Medium.com |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR