Nationalgeographic.co.id—Sudah banyak kesan ngeri yang ditimbulkan dari sosok pria di balik topeng badutnya. Meskipun badut berulang kali tampil untuk menghibur, tetap saja, terkadang ada perasaan ngeri terhadapnya.
Barangkali, kesan ngeri ini tidak pernah lepas dari ingatan kolektif tentang kejahatan si badut pembunuh, Pogo. Pogo tercatat dalam sejarah kelam yang mengisahkan seorang pembunuh berkedok badut.
Dialah John Wayne Gacy, seorang kriminal yang menjadi buronan kepolisian karena tindakan kejinya membunuh banyak orang. Ia mengenakan kostum badut yang dinamai Pogo dalam melancarkan aksinya.
Dilansir dari tulisan Charles Montaldo kepada ThoughtCo, John Wayne Gacy dihukum karena tindak penyiksaan, pemerkosaan, dan pembunuhan 33 pria antara tahun 1972 sampai penangkapannya pada tahun 1978.
Charles menulisnya dalam sebuah artikel berjudul "John Wayne Gacy, the Killer Clown" yang terbit pertama kali pada 3 Juli 2019. Dia dijuluki "Badut Pembunuh" karena dia menghibur anak-anak di pesta dan rumah sakit sebagai "Pogo si Badut".
Barangkali, sakit mental dan psikopat yang dia derita berawal sejak dirinya berusia 4 tahun. Gacy dilecehkan secara verbal dan fisik oleh ayahnya yang merupakan pecandu alkohol. Meskipun dilecehkan, Gacy tetap mengagumi ayahnya.
Ketika Gacy berusia 7 tahun, dia dilecehkan berulang kali oleh seorang teman keluarga. Dia tidak pernah memberi tahu orang tuanya tentang hal itu, takut ayahnya akan menemukannya bersalah dan dia akan dihukum berat.
Perundungan yang ia alami sejak kecil, terus berlanjut. Saat duduk di bangku sekolah dasar, Gacy didiagnosa mengidap penyakit jantung bawaan yang membatasi aktivitas fisiknya. "Akibatnya, ia menjadi kelebihan berat badan dan mengalami ejekan dan perundungan dari teman-teman sekelasnya," imbuh Charles.
Dia menerima pemukulan secara teratur, tanpa alasan khusus selain ayahnya yang gemar merundunginya. Setelah bertahun-tahun dilecehkan dan mendapat perundungan dari berbagai pihak, "Gacy belajar sendiri untuk tidak menangis," terusnya.
Ia merasa terlalu sulit untuk mengejar apa yang dia lewatkan di sekolah saat dirawat di rumah sakit, jadi dia memutuskan untuk keluar. Ia menjadi anak putus sekolah dan memperkuat tuduhan terus-menerus ayahnya bahwa Gacy bodoh.
Baca Juga: Kepribadian Psikopat Bisa Mencapai Kesuksesan Karier Lebih, Benarkah?
Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh Tentang Psikopat Beserta Karakteristiknya
Setelah berusia 18 tahun, Gacy merasa lelah dengan sejumlah pelecehan dan perundungan dari ayahnya. Ia yang masih tinggal dengan ayahnya kala itu, memutuskan untuk melarikan diri ke Las Vegas.
Di Las Vegas, Gacy bekerja untuk layanan ambulans untuk waktu yang singkat tetapi kemudian dipindahkan ke kamar mayat di mana ia dipekerjakan sebagai petugas.
Pada malam terakhir Gacy bekerja di sana, dia masuk ke peti mati dan membelai mayat seorang remaja laki-laki. Setelah itu, dia sangat bingung dan terkejut dengan kesadaran bahwa dia telah terangsang secara seksual oleh mayat laki-laki!
Setelah dari Las Vegas, ia memutuskan untuk melanjutkan sekolah bisns. Meskipun tidak menyelesaikan sekolah menengah, dia diterima di Northwestern Business College, dia lulus pada tahun 1963.
Dia kemudian mengambil posisi trainee manajemen di Perusahaan Sepatu Nunn-Bush dan dengan cepat dipindahkan ke Springfield, Illinois, tempat dia dipromosikan ke posisi manajemen.
Di tempatnya bekerja, Gacy bertemu dengan seorang wanita, Marlynn Meyers bekerja di toko yang sama dan bekerja di departemen Gacy. Keduanya mulai berkencan dan sembilan bulan, kemudian mereka menikah.
Gacy segera bergabung dengan organisasi bernama Waterloo Jaycees, dan sekali lagi dia cepat naik pangkat. Pada tahun 1967, ia menerima pengakuan sebagai "Wakil Presiden Luar Biasa" dari Waterloo Jaycees dan mendapatkan kursi di Dewan Direksi. Ia semakin mahir dalam mempromosikan diri dan cepat naik pangkat.
Tidak seperti di Springfield, di Waterloo Jaycees memiliki sisi gelap yang melibatkan penggunaan obat-obatan terlarang, pertukaran istri, pelacuran, dan pornografi. Gacy meluncur ke posisi mengelola dan secara teratur berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Gacy juga mulai mewujudkan keinginannya untuk berhubungan seks dengan remaja laki-laki, yang banyak di antaranya bekerja di restoran ayam goreng yang dikelolanya, KFC. Dia mengubah ruang bawah tanah menjadi tempat nongkrong sebagai cara untuk menarik remaja.
Baca Juga: Peter Kürten, Pembunuh Berantai yang Meminum Darah Korban-korbannya
Baca Juga: Mary Bell, Bocah Pembunuh Berantai Berdarah Dingin Asal Inggris
Dia akan memikat anak laki-laki dengan alkohol gratis dan pornografi. Gacy kemudian akan mengambil keuntungan seksual dari beberapa anak laki-laki setelah mereka menjadi terlalu mabuk untuk melakukan perlawanan.
Sementara Gacy menganiaya remaja di ruang bawah tanahnya dan menggunakan narkoba dengan teman-teman Jaycee-nya, Marlynn, istrinya sibuk merawat anak-anak Gacy. Anak pertama mereka laki-laki, lahir tahun 1967, dan anak kedua perempuan, lahir setahun kemudian.
Gacy akhirnya ditangkap akibat pelecehan dan kasus sodomi kepada para remaja. Kepolisian menangkapnya pada 1968 dan menjatuhi hukuman kepadanya selama 10 tahun.
Ia kembali menghirup udara bebas dan memutuskan untuk menjauh dari Waterloo. Ia memutuskan untuk pindah ke tempat asing dimana orang-orang tidak mengenali Gacy. Ia kemudian mengenal kostum Pogo, yang ia buat sebagai penyamarannya.
Pogo adalah badut penghibur anak-anak yang kemudian disukai oleh para tetangga di sekitar rumahnya. Orang-orang mengenal Gacy sebagai seorang periang dengan kostum badutnya. Tak heran, ia kerap diundang di pesta ulang tahun dan di rumah sakit anak-anak.
Orang-orang menyukai John Wayne Gacy. Pada siang hari, dia dikenal sebagai pemilik bisnis yang sukses dan pemberi kebahagiaan bagi masyarakat di sekitarnya sebagai Pogo si badut yang lucu. Dia merancang kostum dan belajar sendiri bagaimana merias wajah badut.
Berbeda ketika malam hari, "Tidak diketahui siapa pun kecuali korbannya, Pogo yang dikenal anak-anak ternyata seorang badut pembunuh yang sadis yang berkeliaran mencari mangsa," ungkap Charles dalam artikelnya.
Tercatat si badut pembunuh itu menculik sejumlah anak-anak untuk dilecehkan dan disodomi hingga mereka tewas. Pogo kemudian diketahui kejahatannya dan mulai menjadi buronan kepolisian.
Beberapa bukti dan korban tewas dikumpulkan kepolisian. Melalui catatan gigi dan radiologi, 25 dari 33 mayat yang ditemukan berhasil diidentifikasi. Dalam upaya untuk mengidentifikasi sisa korban yang tidak diketahui, tes DNA dilakukan dari 2011 hingga 2016.
Sejumlah bukti yang menguatkan mendorong penangkapan Gacy. Ini menjadi penangkapan kedua Gacy. Gacy diadili pada 6 Februari 1980, atas pembunuhan tiga puluh tiga pemuda. Setelah hanya dua jam berunding, pengadilan menjatuhi vonis bersalah dan Gacy dijatuhi hukuman mati.
Sementara menjelang hukuman mati, Gacy terus mengejek pihak berwenang. John Wayne Gacy dieksekusi dengan suntikan mematikan pada 9 Mei 1994. Kata-kata terakhirnya adalah, "Kiss my ass."
Source | : | ThoughtCo. |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR