Nationalgeographic.co.id—Tidak jauh dari Tebing Tarpeian, ada sebuah tangga. Sepertinya orang Romawi tidak pernah kekurangan ide untuk melakukan beragam eksekusi sadis dan aneh. Di tangga Gemonian atau Scalae Gemoniae, eksekusi sadis dan memalukan untuk penjahat Romawi pun dilaksanakan. Tangga ini mengarah dari Arx of Capitoline Hill ke Forum Romawi di bawah. Di dekatnya terdapat Penjara Mamertine, di mana banyak penjahat yang menanti kematian mengerikan.
Eksekusi sadis dan memalukan di Scalae Gemoniae
Tangga Gemonian dibangun pada pergantian abad pertama, mungkin oleh Kaisar Augustus. Namun tangga ini baru memainkan perannya yang terkenal di masa Kaisar Tiberius. Meski sempat enggan menjadi kaisar, Tiberius memiliki banyak lawan politik. Sebut saja Lucius Sejanus yang mencoba berkonspirasi melawannya. Tak ayal, Sejanus pun menemui ajalnya di tangga itu.
Mayat penjahat yang dihukum dan dieksekusi oleh kekaisaran diekspos di Scalae Gemoniae. Jatuh dari tangga dengan sendirinya jarang berakibat fatal, sehingga terhukum biasanya dicekik. Kemudian tubuh tak bernyawa mereka diikat dan dilemparkan ke bawah tangga.
Mayat-mayat itu tetap berada di bawah tangga selama beberapa hari sampai mereka mulai membusuk. Tidak jarang, sebagian dimangsa oleh anjing dan burung nasar. Ketika tubuh Lucius Sejanus jatuh dari tangga, kerumunan yang hiruk pikuk itu sendiri mencabik-cabiknya. Mayat-mayat itu kemudian diseret dengan kail dan dibuang ke sungai Tiber.
Setelah kematian Kaisar Tiberius, eksekusi di tangga mulai berkurang
Setelah kematian Tiberius pada tahun 37 Masehi, praktik eksekusi di tangga menjadi lebih jarang. Meskipun tangga terus digunakan dengan cara ini selama periode kekaisaran.
Salah satu korban tangga yang terkenal adalah Kaisar Vitellius. Selama pertempuran brutal antara pasukan Vitellius dan tentara Vespasianus, Vitellius diseret keluar dari tempat persembunyiannya. Ia pun ke Scalae Gemoniae, di mana sang kaisar disiksa sampai mati.
Tubuhnya kemudian dilempar menuruni tangga. Vitellius pun diserang oleh penduduk Roma yang haus akan kekerasan. Memang, dieksekusi dan dianiaya di tangga menjadi salah satu cara paling memalukan untuk menemui ajal.
Tiberius “mencicipi” Scalae Gemoniae
Ironisnya, Tiberius sendiri akhirnya dibunuh oleh pesaingnya. Ia dibekap dengan bantal dalam tidurnya oleh Caligula dan rekan-rekannya. Orang-orang berkumpul di sekitar tangga dan meneriakkan “Tiberius ke Tiber”. Di antara massa yang murka itu, ada yang menyerukan agar mayatnya diekspos di atas tangga.
Baca Juga: Eksekusi Memalukan Pengkhianat Romawi: Dilempar dari Tebing Tarpeian
Baca Juga: Eksekusi Mengerikan bak Pertunjukan yang Menghibur di Koloseum
Baca Juga: Lima Metode Eksekusi Mati yang Mengerikan Lainnya di Era Romawi Kuno
“Scalae Gemoniae sering menjadi tempat demonstrasi publik dan protes terhadap kekaisaran,” tutur Kaushik Patowary di laman Amusing Planet. Ketika negarawan Romawi Gnaeus Piso dicurigai membunuh anak angkat Tiberius, Germanicus, seorang komandan yang ulung. Rakyat yang marah, karena tidak dapat menangkap Piso, malah menyeret patung-patungnya ke tangga dan melakukan eksekusi simbolis.
Setelah eksekusi Kaisar Vitellius di tangga itu, tidak banyak kisah mengerikan lainnya yang dicatat sejarah. Kaisar Domitianus, yang naik takhta pada tahun 81 Masehi, memberikan kesempatan kepada para penjahat untuk memilih cara kematian mereka sendiri. Ia bahkan mungkin melarang penganiayaan terhadap mayat di tangga.
Namun Kaisar Trajan sempat menggunakan tangga tersebut untuk eksekusi Decebalus. Kepalanya dipenggal dan dilempar ke bawah tangga. Kala itu, eksekusi di Scalae Gemoniae lebih berfungsi sebagai tontonan alih-alih kesempatan bagi massa untuk melakukan kekerasan.
Sekarang, sisa-sisa Scalae Gemoniae sudah tidak ada lagi. Namun jika Anda berkunjung ke Roma, Anda masih bisa mengunjungi lokasinya di Via di San Pietro, melewati reruntuhan penjara Mamertine.
Pemutihan pada Terumbu Karang, Kala Manusia Hancurkan Sendiri Benteng Pertahanan Alaminya
Source | : | Amusing Planet |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR