Baca Juga: Lima Kaisar Romawi yang Tangannya Paling Berdarah dalam Sejarah
Dibutuhkan keberanian untuk mengakui kelemahan, seperti masalah dengan kemarahan dan gangguan kecemasan. Seperti halnya Marcus yang mengakui masalahnya dan mencoba melakukan sesuatu.
Sepanjang Meditations, kita dapat melihat bahwa Marcus mengulangi pada dirinya sendiri doktrin Stoic. “Ia mencoba dan menenangkan dirinya dalam situasi yang penuh tekanan,” tambah Clarke. Perannya sebagai kaisar tidak diragukan lagi terkadang menjadi sumber frustrasi.
Di sisi lain, catatan-catatan salah satu kaisar terbaik Romawi itu adalah wujud ekspresi kerendahan hatinya. Dia tahu dan mengakui bahwa ia bukan orang yang sempurna dan tidak mengaku begitu.
Terlebih lagi, sang kaisar secara aktif berusaha memperbaiki dirinya sebagai pribadi. Tindakan ini dipandang sebagai salah satu tujuan filsafat pada waktu itu.
Dengan segala upayanya untuk menjadi lebih baik sambil mengurus kekaisaran, tidak heran jika Marcus Aurelius termasuk dalam “Lima Kaisar Baik”.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR