Nationalgeographic.co.id – Hobi bepergian atau melakukan beragam kegiatan sendirian mungkin masih dianggap aneh di Indonesia. Seseorang yang menghabiskan waktu di ruang publik sendirian sering kali mendapat tatapan ganjil, bahkan iba, dari orang-orang sekitar.
Namun, hal tersebut tidak berlaku di Jepang. Masyarakat Jepang telah lama mengenal ohitorisama, yaitu tren menormalisasi orang-orang yang beraktivitas sendirian di ruang publik.
Melansir laman Japan Times, ohitorisama secara harfiah berarti pesta satu orang. Istilah tersebut mengibaratkan bahwa melakukan kegiatan sendirian sama menyenangkannya dengan berkelompok.
Tren ohitorisama bisa dibilang bermula dari benjo meshi, yaitu budaya makan sendirian di toilet. Budaya ini biasa dilakukan oleh para karyawan dan pelajar yang merasa tidak nyaman berkumpul dengan orang lain, terutama saat jam istirahat atau jam makan siang.
Baca Juga: Ilmuwan Jepang Menciptakan Kecoa Siborg yang Menggunakan Sel Surya
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak masyarakat Jepang, terutama generasi muda, merasa nyaman melakukan aktivitas sendirian. Budaya benjo meshi pun mulai diterapkan pada kegiatan sehari-hari di ruang publik.
Dari restoran sampai tempat karaoke
Dilansir dari laman BBC, ohitorisama telah melahirkan banyak inovasi baru di Jepang, salah satunya adalah konsep restoran hitori yakiniku. Konsep ini umumnya diterapkan pada restoran yang menyediakan fasilitas barbeque.
Untuk diketahui, restoran barbeque di Jepang identik dengan suasana kekeluargaan. Restoran jenis ini biasanya dikunjungi oleh keluarga besar atau sekelompok rekan kerja untuk merayakan sesuatu, seperti hari besar, hari ulang tahun, atau pencapaian baru dalam karier.
Restoran barbeque di Jepang biasanya menyediakan beberapa alat pemanggang dalam satu meja yang dibuat memanjang. Dengan demikian, pelanggan dapat memanggang dan menyantap daging bersama-sama.
Baca Juga: Kebiasaan Posisi Makan Ungkap Kelas Sosial Orang Romawi Kuno
Namun, pada restoran yang mengusung konsep hitori yakiniku, pelanggan dapat memanggang dan menyantap daging sendirian. Mereka pun tidak perlu merasa malu, sebab setiap meja diberi sekat pemisah antara satu meja dengan meja lain.
Begitu pula dengan penginapan. Banyak hotel di Jepang yang kini sudah menyediakan single-person service. Misalnya saja, inovasi hotel kapsul yang menawarkan kenyamanan sekaligus privasi bagi mereka yang menginap sendirian.
Selain restoran dan hotel, tren ohitorisama juga telah merambah hingga ke tempat karaoke. Hal itu diakui oleh Daiki Yamatani selaku Sales Manager perusahaan karaoke di Tokyo, 1Kara.
“Permintaan ruang karaoke untuk satu orang telah meningkat sebanyak 30 sampai 40 persen,” kata Yamatani, dikutip dari laman BBC, Rabu (15/1/2020).
Baca Juga: Mengintip Gedung Unik Berbentuk Gitar yang Penuh Fasilitas Megah
Padahal, sama dengan acara makan-makan, masyarakat Jepang selama ini menganggap karaoke sebagai kegiatan bersenang-senang yang “wajib” dilakukan bersama-sama.
Meski bertolak belakang dengan budaya kebersamaan yang melekat pada generasi tua di Jepang, tren ohitorisama diterima oleh sebagian besar masyarakat modern Jepang saat ini. Tak heran, menurut penelitian pada 2019, Jepang menjadi salah satu negara dengan tingkat individualisme yang tinggi di dunia.
Penelitian berjudul “The role of individual variable pay in a collectivistic culture society” tersebut mengungkapkan, skor individualisme masyarakat Jepang berada di angka 46. Sementara, skor individualisme masyarakat Indonesia hanya 14.
Kebebasan bereksplorasi
Penerimaan masyarakat Jepang terhadap ohitorisama bukan tanpa alasan. Orang yang menerapkan ohitorisama tidak dianggap mengisolasi diri dari lingkungan atau masyarakat sekitar. Konsep ini justru mendorong setiap individu untuk tidak terlalu bergantung pada orang lain.
Baca Juga: Studi Terbaru: Smartphone Bisa Deteksi Tingkat Kesepian Penggunanya
Konsultan senior dari perusahaan riset dan konsultan ekonomi terbesar di Jepang, Nomura Research Institute Motoko Matsushita mengatakan, ohitorisama justru dapat memberikan kebebasan individu untuk bereksplorasi sesuai dengan keinginan.
“Fenomena (ohitorisama) yang terus berkembang ini juga dapat membebaskan seseorang dari tekanan untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitarnya,” ujar Matsushita, dikutip dari laman Business Times, Senin (12/11/2018).
Dilansir dari laman yang sama, sebuah survei juga menunjukkan bahwa orang-orang Jepang yang sering bepergian sendirian mengaku memperoleh lebih banyak waktu berkualitas daripada pergi bersama teman atau keluarga.
“Kehidupan modern dengan (pengaruh) media sosial di mana-mana juga membuat tren (ohitorisama) ini semakin diminati. Sebab, orang-orang ingin mencari ketenangan dari kehidupan (modern) yang tak ada hentinya itu,” tambah Matsushita.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR