Untuk membalas dendamnya, Hera mengirim seekor pengganggu untuk menyengat kepada Io terus menerus, mendorongnya untuk berkeliaran di dunia tanpa istirahat. Akhirnya dia melarikan diri ke Mesir, di mana dia dikembalikan ke bentuk manusia oleh Zeus. Di sana dia melahirkan anak-anak Zeus.
Semele
Semele adalah ibu fana dewa anggur, Dionysus. Istri Zeus, Hera, menemukan perselingkuhannya dengan Semele ketika dia kemudian hamil. Tampil sebagai nenek tua, Hera berteman dengan Semele, yang mengaku padanya bahwa kekasihnya sebenarnya adalah Zeus.
Hera pura-pura tidak percaya, dan menanamkan benih keraguan di benak Semele. Penasaran, Semele meminta Zeus untuk memberinya anugerah. Zeus, yang ingin menyenangkan kekasihnya, berjanji di Sungai Styx untuk memberikan apa pun yang diinginkannya.
Dia kemudian menuntut agar Zeus mengungkapkan dirinya dalam semua kemuliaannya sebagai bukti keilahiannya. Zeus mencoba menyelamatkannya dengan menunjukkan awan badai petir paling jarang yang bisa dia temukan. Manusia fana, bagaimanapun, tidak dapat melihat para dewa tanpa membakar, dan binasa, dilalap api yang menyala-nyala. Zeus menyelamatkan janin Dionysus dengan menjahitnya di pahanya.
Zeus melihat seorang remaja pria muda tampan dan rupawan, Ganymede, pangeran dari kerajaaan Troy. Penampilan remaja pria yang menarik ini membuat Zeus jatuh cinta. Hingga pada akhirnya, Zeus menculiknya dalam bentuk elang untuk dijadikan pembawa piala Ambrosia dan nektar para dewa. Semua dewa di Olympus menyukai Ganymede kecuali Hera.
Sang istri terbakar cemburu mengetahui Zeus dan Ganymede sering berduaan. Tak terima, Hera mengatur agar kampung halaman, Troy diserang oleh Yunani. Dari Olympus, Ganymede melihat kotanya hancur lebur dan keluarganya dibantai. Tak tega melihat kekasihnya berduka, Zeus menyembunyikan Ganymede di konstelasi bintang yang sekarang kita kenal sebagai Aquarius. Setiap Zeus rindu, dia kan melontarkan petir berwarna kebiruan di angkasa untuk menyentuhnya.
Source | : | dailyartdaily.com |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR