Nationalgeographic.co.id - Posisinya yang strategis membuat Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium kerap diserang oleh musuhnya. Untuk menaklukkan musuh yang siap merebut kekaisaran, Bizantium memiliki banyak senjata rahasia. Sebut saja rantai besar Konstantinopel yang siap menghalau kapal yang akan memasuki ibu kota. Selain itu, api Yunani juga menjadi senjata andalan Kekaisaran Romawi Timur untuk mengusir invasi bangsa asing di laut. Meski mengandung kata “Yunani”, senjata ini bukan ditemukan oleh orang Yunani.
Senjata kuno yang kuat
Api Yunani adalah senjata cair yang dirancang oleh Kekaisaran Bizantium. Juga disebut "api laut" dan "api cair", cairan dipanaskan, diberi tekanan, dan kemudian dikirim melalui tabung yang disebut siphon. Api Yunani terutama digunakan untuk membakar kapal musuh dari jarak yang aman.
Apa yang membuat senjata itu begitu unik dan kuat adalah kemampuannya untuk terus menyala di dalam air. Ini tentu membuat musuh kelabakan dan kesulitan untuk memadamkan api. “Ada kemungkinan bahwa api menyala lebih kuat saat bersentuhan dengan air,” ungkap John Kuroski di laman All That’s Interesting.
Lebih buruk lagi, api Yunani adalah ramuan cair yang menempel pada apa pun yang disentuhnya, baik itu kapal atau daging manusia. Konon, api hanya bisa dipadamkan dengan satu campuran aneh: cuka bercampur pasir dan urine tua.
Orang-orang Bizantium menggunakan senjata ini di abad ke-7 untuk mengusir invasi Arab selama bertahun-tahun, terutama di laut. Meski bukan senjata pembakar pertama, api Yunani bisa dibilang merupakan paling signifikan secara historis.
Siapa yang menciptakan api Yunani?
Api Yunani diciptakan pada abad ke-7, dan Kallinikos dari Heliopolis sering dianggap sebagai penemunya. Kallinikos adalah seorang arsitek Yahudi yang melarikan diri dari Suriah ke Konstantinopel. Ia melarikan diri karena kekhawatirannya tentang orang-orang Arab yang merebut kotanya.
Kallinikos bereksperimen dengan berbagai bahan sampai ia menemukan perpaduan yang sempurna untuk senjata pembakar. Formula tersebut dikirimkannya ke kaisar Bizantium.
Begitu pihak berwenang bisa mendapatkan semua bahan, mereka mengembangkan siphon (pipa) yang dioperasikan seperti jarum suntik. Siphon tersebut mendorong cairan mematikan menuju kapal musuh.
Baca Juga: Inilah Theodora, Pelacur yang Menjadi Permaisuri Hebat di Bizantium
Baca Juga: Jejak Bizantium dari Penemuan Sarkofagus Berusia 1.800 Tahun di Israel
Tidak hanya efektif, api Yunani juga menakutkan. “Dilaporkan menghasilkan suara menderu keras dan asap dalam jumlah besar, mirip dengan napas naga,” tambah Kuroski.
Karena kekuatannya yang menghancurkan, formula untuk membuat senjata andalan ini menjadi rahasia yang dijaga ketat. Formula itu hanya diketahui oleh keluarga Kallinikos dan kaisar Bizantium dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Cara menjaga formula ini terbukti efektif. Pasalnya, ketika musuh berhasil mendapatkan api Yunani, mereka tidak tahu bagaimana membuat ulang teknologi untuk diri mereka sendiri. Di sisi lain, ini menjadi penyebab mengapa rahasia membuat api Yunani akhirnya hilang dari sejarah. Hingga kini, tidak diketahui apa bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat api Yunani.
Api Yunani: juru selamat Bizantium
Kemungkinan alasan penemuan api Yunani Kallinikos adalah sederhana: untuk mencegah tanah barunya jatuh ke tangan orang Arab. Untuk itu, pertama kali digunakan untuk mempertahankan Konstantinopel dari serangan angkatan laut Arab.
Senjata itu sangat efektif dalam memukul mundur armada musuh. Api Yunani memainkan peran utama dalam mengakhiri Pengepungan Arab Pertama dan Kedua di Konstantinopel. Dalam kedua pengepungan, api Yunani menyebabkan kerusakan besar pada angkatan laut Arab.
Senjata itu terus digunakan oleh Kekaisaran Bizantium selama ratusan tahun. Api ini tidak hanya dimanfaatkan dalam konflik dengan pihak luar tetapi juga dalam perang saudara. Seiring berjalannya waktu, api Yunani memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup Kekaisaran Bizantium melawan musuh yang tak terhitung jumlahnya.
Beberapa sejarawan bahkan berpendapat bahwa api Yunani berperan penting dalam menyelamatkan seluruh peradaban Barat dari invasi besar-besaran. Ini dilakukan dengan menjaga Kekaisaran Bizantium terlindungi selama berabad-abad.
Penyembur api Yunani
Meskipun api Yunani terkenal karena penggunaannya di laut, Bizantium menggunakannya dalam banyak cara kreatif lainnya. Yang paling terkenal, risalah militer abad ke-10 Kaisar Bizantium Leo VI menyebutkan versi genggam atau portabel cheirosiphon.
Beberapa penulis kontemporer juga merekomendasikan menggunakannya di darat untuk menghalau musuh.
Selain itu, Bizantium mengisi guci-guci tanah liat dengan api Yunani sehingga bisa berfungsi seperti granat.
Formula api Yunani dicoba oleh banyak orang lain selama berabad-abad. Bahkan ada beberapa catatan sejarah tentang bangsa Arab menggunakan senjata versi mereka selama Perang Salib Ketujuh di abad ke-13.
Baca Juga: Selidik Pedang Bermata Satu Bajak Laut Turki Era Kesultanan Utsmaniyah
Baca Juga: Senjata Legiun Romawi: Faktor Penting dalam Menaklukkan Musuh
Menariknya, alasan utama mengapa itu dikenal sebagai api Yunani adalah karena itulah yang disebut tentara salib.
Bagi orang lain yang mengalami kekuatan dahsyatnya—seperti orang Arab, Bulgar, dan Rusia—nama yang lebih umum sebenarnya adalah “api Romawi”. Itu karena Bizantium adalah bagian dari Kekaisaran Romawi.
Ribuan percobaan telah dilakukan untuk menciptakan senjata mematikan ini. Meskipun belerang, resin pinus, dan bensin diperkirakan menjadi salah satu bahannya, formula sebenarnya hampir tidak mungkin untuk dikonfirmasi. Beberapa orang tetap yakin bahwa kapur tohor adalah bagian dari campuran, karena kapur ini terbakar di dalam air.
Misteri api Yunani terus memikat para sejarawan dan ilmuwan yang masih berusaha mencari tahu bahannya. Ini adalah misteri yang sangat menarik sehingga George R.R. Martin kemungkinan besar menggunakannya sebagai inspirasi kebakaran hutan dalam buku Game of Thrones.
Namun terlepas dari bagaimana itu dibuat, satu hal yang pasti: api Yunani adalah salah satu penemuan militer paling berpengaruh dalam sejarah manusia.
Source | : | allthatisinteresting.com |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR