Bahkan jika ada dasar biologis untuk ketertarikan pada payudara, itu mungkin berbeda menurut budaya. Sebuah studi tahun 2011 membandingkan preferensi pria untuk ukuran payudara, simetri, dan ukuran dan warna areola di Papua Nugini, Samoa, dan Selandia Baru.
Mereka menemukan bahwa di Papua Nugini pria menyukai payudara yang lebih besar daripada pria dari dua pulau lainnya. Karena pria yang disurvei dari Papua Nugini lebih berasal dari budaya subsisten daripada pria di Samoa atau Selandia Baru.
Hasilnya mendukung gagasan bahwa di tempat-tempat yang langka, payudara yang empuk dapat menandakan seorang perempuan yang cukup makan dengan cadangan untuk kehamilan dan membesarkan anak, tulis para peneliti.
Preferensi ukuran dan warna areola sangat istimewa di antara budaya.
Larry Young, seorang profesor psikiatri di Emory University yang mempelajari dasar neurologis dari perilaku sosial yang kompleks, berpendapat bahwa evolusi manusia telah memanfaatkan sirkuit saraf kuno yang awalnya berevolusi untuk memperkuat ikatan ibu-bayi selama menyusui.
Dan sekarang, manusia menggunakan sirkuit otak ini untuk memperkuat ikatan antar pasangan juga. Hasilnya, pria, seperti bayi, menyukai payudara.
Ketika puting wanita dirangsang selama menyusui, oksitosin neurokimia, atau dikenal sebagai "obat cinta", membanjiri otaknya, membantu memusatkan perhatian dan kasih sayang pada bayinya. Akan tetapi penelitian selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa pada manusia, sirkuit ini tidak dikhususkan untuk bayi.
Studi terbaru menemukan bahwa rangsangan puting meningkatkan gairah seksual pada sebagian besar wanita, dan mengaktifkan area otak yang sama dengan rangsangan vagina dan klitoris.
Saat pasangan seksual menyentuh, memijat, atau menggigit payudara wanita, kata Young, hal ini memicu pelepasan oksitosin di otak wanita, seperti yang terjadi saat bayi menyusui.
Ketertarikan pada payudara adalah efek organisasi otak yang terjadi pada laki-laki normal saat mereka melewati masa pubertas," kata Young kepada Live Science.
Jadi, mengapa perubahan evolusioner ini terjadi pada manusia, dan tidak pada mamalia menyusui lainnya?
Young mengira itu karena kita membentuk hubungan monogami, sedangkan 97 persen mamalia tidak. Kedua, mungkin ada hubungannya dengan fakta bahwa kita tegak dan melakukan hubungan seks tatap muka, yang memberikan lebih banyak kesempatan untuk rangsangan puting saat berhubungan seks.
Namun seperti penjelasan evolusi lainnya untuk payudara, teori Young mengalami kontroversi budaya.
"Selalu penting setiap kali ahli biologi evolusi menyarankan alasan universal untuk perilaku dan emosi: bagaimana dengan perbedaan budaya?"
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Live Science,Royal Society B: Biological Sciences |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR