Nationalgeographic.co.id—Ada sejumlah teori yang mencoba menjelaskan alasan mengapa pria normal sangat menyukai payudara, dari yang ilmiah hingga yang tak masuk akal. Namun, hingga saat ini, para ilmuwan tidak pernah secara memuaskan menjelaskanya, payudara telah membingungkan ilmuwan sejak lama.
Jadi mari kita lihat spekulasi seksi seputar dada manusia, dengan beberapa fokus untuk menjelaskan mengapa begitu sulit untuk mencari tahu mengapa payudara memiliki daya pikat seperti itu.
Kelenjar susu atau mammae adalah ciri khas mamalia, tetapi manusia tampaknya unik dalam memberikan peran seksual yang besar pada mammae. Itu tidak berarti minat pada puting sama sekali tidak pernah terdengar di tempat lain di dunia hewan.
Dalam buku Biological Exuberance: Animal Homosexuality and Natural Diversity (Stonewall Inn Editions, 1999), ahli biologi Kanada Bruce Bagemihl mencatat bahwa beberapa spesies primata, termasuk kerabat dekat manusia bonobo, terlihat merangsang putingnya sendiri saat masturbasi.
Namun, hanya sedikit mamalia selain manusia yang kawin secara berhadapan. Perilaku tersebut akan menjadi berita utama jika terjadi di alam liar, jadi stimulasi puting umumnya bukanlah sesuatu yang umum.
Para peneliti telah lama berspekulasi bahwa manusia mengembangkan timbunan lemak di sekitar kelenjar susu wanita untuk alasan seksual.
Antropolog Owen Lovejoy berpendapat bahwa evolusi menempatkan pusat perhatian di sekitar organ reproduksi wanita dan pria untuk mempromosikan ikatan pasangan.
Dalam hipotesis ini, bukan hanya payudara wanita yang terangkat, laki-laki juga memperoleh penis yang relatif besar untuk ukuran tubuh mereka juga.
Teori lama lainnya berpendapat bahwa payudara berevolusi sebagai cara untuk memberi sinyal kepada pria bahwa wanita yang memilikinya, berarti juga memiliki nutrisi yang menguntungkan dan awet muda. Dan dengan demikian, merupakan pasangan yang menjanjikan.
Studi menemukan bahwa pria menyukai payudara yang lebih besar dan rasio pinggang-pinggul yang tinggi mendukung anggapan bahwa bentuk jam pasir mengomunikasikan kemudaan dan kesuburan.
Sebuah studi tahun 2004 di Proceedings of the Royal Society B bahkan menemukan bahwa wanita dengan payudara besar memiliki kadar hormon estradiol yang lebih tinggi di pertengahan siklus, yang dapat meningkatkan kesuburan.
Source | : | Live Science,Royal Society B: Biological Sciences |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR