Lebih lanjut ia menyampaikan,“saya selaku Kepala Desa sangat membantu dan mendukung penuh atas kegiatan Pasar Mbaganan. Kegiatan harus dapat mengajak warga Babagan untuk lebih mencintai lingkungan dan mencintai diri sendiri dalam hal kesehatan. Seperti mengurangi penggunaan plastik, membuang sampah pada tempatnya dan memakan makanan sehat. Yang penting warga Mbagan dulu sadar dan mau gerak. Yang ngramein yang nglarisi ya warga Babagan. Inshallah jika mendapat perhatian luar ya lebih baik lagi.” Kegiatan Pasar Mbaganan ini juga sempat ditinjau oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rembang, Bapak Mutaqin.
Pasar Mbaganan menyajikan berbagai macam makanan kuliner tradisional, antara lain gethuk goreng, kopang, lemper, nasi bakar, bugis, nasi uduk, nasi jagung dan masih banyak lagi. Makanan tersebut merupakan makanan kuliner tradisional yang sudah jarang dijajakan karena globalisasi yang terus berkembang sehingga digeser oleh makanan-makanan resto cepat saji. Padahal makanan tradisional tersebut banyak diminati warga masyarakat karena rasanya yang khas dan tentunya tidak mengandung bahan-bahan kimia berbahaya. Terlihat masyarakat sangat antusias dengan adanya Pasar Mbaganan dan dagangan para penjual dengan cepat habis diborong oleh para pembeli.
“Kami sepakat masak makanan sehat. Nggak pakai MSG, nggak pakai pengawet, semua bahan alami dari Lasem, dan ternyata laris. Anak-anak kecil dan orang tua yo pada jajan. Yo seneng banget,” ujar Ibu Yuli perwakilan para pejuang kuliner Pasar Mbaganan.
“Habis nih dagangan ibu-ibu. Padahal awalnya sempet deg-degan. Apa ya laku makanan tanpa MSG. Ternyata ya habis dan tidak ada tamu yang ngeluh makanan kurang micin,” ujar Ernitha salah satu relawan kegiatan dari Yayasan Lasem Heritage yang menyampaikan bahwa konsep acara Pasar Babagan merupakan hasil kolaborasi bersama antara Pokdarwis Desa Babagan, Yayasan Lasem Heritage, Kesengsem Lasem, dan Program #SayaPilihBumi National Geographic Indonesia.
“Senang sih bisa belajar tentang sampah plastik, makanan sehat, hidup sehat, serta bagaimana kegiatan komunitas itu melalui kolaborasi bersama ini. Semoga Pasar Mbaganan selanjutnya bisa menjangkau warga Babagan dan Lasem lebih luas lagi. Ada edukasi di pasar ini, semoga bisa turut melestarikan lingkungan dan menyehatkan, dan ada musik juga lo jadi seru dan santai. Ada teman-teman yang penasaran karena belum hadir. Daya tariknya juga ya kuliner,” ujar Ernitha.
Akrom Yuwavfi seorang mahasiswa di salah satu kampus di Rembang yang berkunjung ke pasar Mbaganan sangat antusias mencecapi kuliner Pasar Mbaganan. “Pasar Mbaganan ini gokil karena makanan yang disajikan adalah makanan sehat tidak menggunakan pengawet, bahan kimia. Enak banget sih rasanya. Cocok. Selain itu, juga memiliki keunikan yaitu dalam memasuki area lokasi pasar Mbaganan harus membayar dengan botol bekas plastik. Hal ini merupakan karakter yang tidak ditemukan di pasar-pasar wisata lainnya. Dengan keunikan dan kegokilan tersebutlah membuat banyak pengunjung berdatangan sepertinya nih,” ujar Akrom.
Baca Juga: Pasar Mbaganan Membangkitkan Semangat Pelestarian dari Lasem
Baca Juga: Selidik Kisah dan Filosofi di Balik Corak Keindahan Batik Lasem
Baca Juga: Hikayat Toleransi: Mengenal Tasamuh di Ponpes Al Hidayat Lasem
Baca Juga: Selisik Pesan dari Kisah Pahatan dan Mural Kuno di Cu An Kiong Lasem
“Langka nih konsep kaya gini. Jarang ditemukan di pasar tradisional/pasar modern saat ini,” lanjut Akrom. Antusiasme warga yang cukup ramai mendatangi lokasi menandakan bahwa masyarakat tertarik dengan kegiatan Pasar Mbaganan ini. Selain unik, Pasar Mbaganan yang dilaksanakan di Gang V Babagan juga dianggap spesial karena berlokasi di Gang V Babagan.
“Lokasi Mbaganannya masih asli, heritage disekitar gang tembok kuno Pecinan Lasem dan belum ada perombakan yang mengubah wajah jalan heritage Lasem mendapatkan banyak perhatian oleh pengunjung. Pasar Mbaganan bisa menjadi contoh bagi masyarakat yg lain untuk mencintai lingkungan dan diri sendiri dengan mengonsumsi makanan sehat. Teruslah berjualan, uang harus tetep berputar agar negara ini bisa tetap jalan,” tegas Akrom.
"Kita manfaatkan jalan yang sehari-hari ini sepi, beberapa rumah juga tak berpenghuni. Jadi setelah diberli lampion dan lampu, jadi estetik. Jalan ini pun terang, jalan lingkungan jadi aman. Dipakai kegiatan jadi dibersihkan juga oleh warga," pungkas Mardiyono menutup percakapan sore pada kegiatan Pasar Mbaganan.
Membedah Target Ambisius Mozambik Memaksimalkan Potensi 'Blue Carbon' Pesisirnya
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR