Oleh RA. Yunita Suci Rahayu
National Geographic Indonesia - Pasar Mbaganan merupakan suatu program yang membantu Ibu-Ibu Desa Babagan untuk meningkatkan perekonomian keluarga dengan mengangkat budaya kuliner tradisional dengan berprinsip menjaga alam dan melestarikan lingkungan. Pasar Mbaganan diadakan di Gang V Desa Babagan, Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Untuk pertama kalinya pasar Mbaganan diadakan pada hari Sabtu, 24 Desember 2022 mulai pukul 15.00 hingga 19.00 wib. Pasar Mbaganan kali ini bertema "Resik Bumi Segar Bugar", mencerminkan konsep kegiatan ramah lingkungan sekaligus menyajikan makanan sehat untuk warga Babagan dan publik yang datang.
Untuk memasuki lokasi kegiatan, pengunjung harus membawa atau mengumpulkan botol plastik bekas sebagai tiket masuk. Sampah botol plastik yang terkumpul akan dijual untuk mendanai kegaitan Pasar Mbaganan berikutnya dan menyediakan fasiltas pendukung kawasan seperti tempat sampah, pemasangan lampu penerangan lingkungan, dan lainnya. Dengan demikian setiap pengunjung telah turut berkontribusi pada keberlanjutan kegiatan tersebut.
Botol plastik bekas sebagai tiket masuk pasar bertujuan untuk melatih masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan, dapat membedakan jenis-jenis sampah serta dapat menambah nilai dari hasil jual plastik sebagai modal dagang penjual di Pasar Mbaganan. Dengan tema “Resik Bumi Segar Bugar” tersebut akan menjadikan sebuah ciri khas dari pasar Mbaganan yang diharapkan berkelanjutn untuk merespon krisis alam, pemanasan global dan menyelesaikan sampah rumah tangga secara bertahap.
“Sampah plastik di sekitar kita banyak. Itu masalah nyata, belum lagi sampah yang ada di Sungai Babagan, sungai kita, itu juga masalah. Dengan kegiatan ini setidaknya kita punya forum warga untuk bergiat mengumpulkan sampah plastik yang bisa didaur ulang bahkan punya nilai ekonomi,” ujar Agik dari Pokdarwis Sarwoendah Desa Babagan.
“Kegiatan kita sederhana saja, tidak ada seremonial. Yang penting warga bergiat, berkumpul, berkomunikasi, guyub. Perangkat Desa juga mbantu banyak. Kita tidak menutup jalan juga, jadi ya jalan tempat penyelenggaraan acara tetap bisa dilalui warga yang melintas. Sekalian promosi malah. Apalagi ini kita merespon kawasan heritage yang akan menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional. Semoga segera ditetapkan oleh Kemendikbudristek,” jelas Agik.
Lebih lanjut Agik menyampaikan bahwa target pengunjungan utamanya adalah warga. "Kalau ada wistawan atau tamu luar kota yang datang, itu bonus. Dengan kegiatan ini yang penting semua warga Babagan senang, paham konsep kegiatannya, dan ikut njaga lingkungan. Seperti Sapta Pesona, kan ada aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, kenangan. Kita mau sadar wisata dengan edukasi melalui kegiatan menyenangkan. Juga edukasi pengunjung dari luar, jangan sampai merusak kawasan heritage,"tegasnya.
Sedangkan penjual harus menjualkan berbagai macam menu kuliner tradisional tanpa pengawet, tanpa penyedap rasa dan rendah kalori dengan pembungkus ramah lingkungan menghindari penggunaan plastik sekali pakai. Penggunaan pembungkus daun atau tidak menggunakan plastik bertujuan untuk mengurangi sampah plastik yang sulit hancur alami serta lebih memanfaatkan dedaunan sumber daya alam yang ada di sekitar rumah warga yang relatif mudah didapat.
Mardiyono, Kepala Desa Babagan berpendapat bahwa dengan diadakannya Pasar Mbaganan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat mikro, selain itu juga makanan yang dijual merupakan makanan sehat. “Maksudnya warga masyarakat Desa Mbabagan dalam mengolah makanannya harus menggunakan bahan-bahan alami, tanpa pengawet sehingga dapat dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Kedepannya, diharapkan kegiatan dapat terus berkelanjutan tidak hanya berhenti sampai sini saja,” ujar Mardiyono.
Lebih lanjut ia menyampaikan,“saya selaku Kepala Desa sangat membantu dan mendukung penuh atas kegiatan Pasar Mbaganan. Kegiatan harus dapat mengajak warga Babagan untuk lebih mencintai lingkungan dan mencintai diri sendiri dalam hal kesehatan. Seperti mengurangi penggunaan plastik, membuang sampah pada tempatnya dan memakan makanan sehat. Yang penting warga Mbagan dulu sadar dan mau gerak. Yang ngramein yang nglarisi ya warga Babagan. Inshallah jika mendapat perhatian luar ya lebih baik lagi.” Kegiatan Pasar Mbaganan ini juga sempat ditinjau oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rembang, Bapak Mutaqin.
Pasar Mbaganan menyajikan berbagai macam makanan kuliner tradisional, antara lain gethuk goreng, kopang, lemper, nasi bakar, bugis, nasi uduk, nasi jagung dan masih banyak lagi. Makanan tersebut merupakan makanan kuliner tradisional yang sudah jarang dijajakan karena globalisasi yang terus berkembang sehingga digeser oleh makanan-makanan resto cepat saji. Padahal makanan tradisional tersebut banyak diminati warga masyarakat karena rasanya yang khas dan tentunya tidak mengandung bahan-bahan kimia berbahaya. Terlihat masyarakat sangat antusias dengan adanya Pasar Mbaganan dan dagangan para penjual dengan cepat habis diborong oleh para pembeli.
“Kami sepakat masak makanan sehat. Nggak pakai MSG, nggak pakai pengawet, semua bahan alami dari Lasem, dan ternyata laris. Anak-anak kecil dan orang tua yo pada jajan. Yo seneng banget,” ujar Ibu Yuli perwakilan para pejuang kuliner Pasar Mbaganan.
“Habis nih dagangan ibu-ibu. Padahal awalnya sempet deg-degan. Apa ya laku makanan tanpa MSG. Ternyata ya habis dan tidak ada tamu yang ngeluh makanan kurang micin,” ujar Ernitha salah satu relawan kegiatan dari Yayasan Lasem Heritage yang menyampaikan bahwa konsep acara Pasar Babagan merupakan hasil kolaborasi bersama antara Pokdarwis Desa Babagan, Yayasan Lasem Heritage, Kesengsem Lasem, dan Program #SayaPilihBumi National Geographic Indonesia.
“Senang sih bisa belajar tentang sampah plastik, makanan sehat, hidup sehat, serta bagaimana kegiatan komunitas itu melalui kolaborasi bersama ini. Semoga Pasar Mbaganan selanjutnya bisa menjangkau warga Babagan dan Lasem lebih luas lagi. Ada edukasi di pasar ini, semoga bisa turut melestarikan lingkungan dan menyehatkan, dan ada musik juga lo jadi seru dan santai. Ada teman-teman yang penasaran karena belum hadir. Daya tariknya juga ya kuliner,” ujar Ernitha.
Akrom Yuwavfi seorang mahasiswa di salah satu kampus di Rembang yang berkunjung ke pasar Mbaganan sangat antusias mencecapi kuliner Pasar Mbaganan. “Pasar Mbaganan ini gokil karena makanan yang disajikan adalah makanan sehat tidak menggunakan pengawet, bahan kimia. Enak banget sih rasanya. Cocok. Selain itu, juga memiliki keunikan yaitu dalam memasuki area lokasi pasar Mbaganan harus membayar dengan botol bekas plastik. Hal ini merupakan karakter yang tidak ditemukan di pasar-pasar wisata lainnya. Dengan keunikan dan kegokilan tersebutlah membuat banyak pengunjung berdatangan sepertinya nih,” ujar Akrom.
Baca Juga: Pasar Mbaganan Membangkitkan Semangat Pelestarian dari Lasem
Baca Juga: Selidik Kisah dan Filosofi di Balik Corak Keindahan Batik Lasem
Baca Juga: Hikayat Toleransi: Mengenal Tasamuh di Ponpes Al Hidayat Lasem
Baca Juga: Selisik Pesan dari Kisah Pahatan dan Mural Kuno di Cu An Kiong Lasem
“Langka nih konsep kaya gini. Jarang ditemukan di pasar tradisional/pasar modern saat ini,” lanjut Akrom. Antusiasme warga yang cukup ramai mendatangi lokasi menandakan bahwa masyarakat tertarik dengan kegiatan Pasar Mbaganan ini. Selain unik, Pasar Mbaganan yang dilaksanakan di Gang V Babagan juga dianggap spesial karena berlokasi di Gang V Babagan.
“Lokasi Mbaganannya masih asli, heritage disekitar gang tembok kuno Pecinan Lasem dan belum ada perombakan yang mengubah wajah jalan heritage Lasem mendapatkan banyak perhatian oleh pengunjung. Pasar Mbaganan bisa menjadi contoh bagi masyarakat yg lain untuk mencintai lingkungan dan diri sendiri dengan mengonsumsi makanan sehat. Teruslah berjualan, uang harus tetep berputar agar negara ini bisa tetap jalan,” tegas Akrom.
"Kita manfaatkan jalan yang sehari-hari ini sepi, beberapa rumah juga tak berpenghuni. Jadi setelah diberli lampion dan lampu, jadi estetik. Jalan ini pun terang, jalan lingkungan jadi aman. Dipakai kegiatan jadi dibersihkan juga oleh warga," pungkas Mardiyono menutup percakapan sore pada kegiatan Pasar Mbaganan.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR