Memori ketakutan jarak jauh adalah ingatan akan peristiwa traumatis yang terjadi di masa lalu yang jauh - beberapa bulan hingga beberapa dekade yang lalu. Sebuah studi tikus University of California, Riverside, kini telah menjabarkan mekanisme mendasar dimana otak mengkonsolidasikan ingatan rasa takut yang jauh tersebut.
Temuan ini telah diterbitkan di jurnal Nature Neuroscience pada 23 Desember. Makalah yang diberi judul “Neocortical synaptic engrams for remote contextual memories” ini, menunjukkan bahwa ingatan ketakutan jauh yang terbentuk di masa lalu disimpan secara permanen dalam koneksi antara neuron memori di korteks prefrontal, atau PFC. Itulah sebabnya, ingatan ini akan selalu terngiang setiap saat manakala kita terpicu mengarah kepada ingatan tersebut.
"Sirkuit memori prefrontal yang secara progresif diperkuat setelah peristiwa traumatis dan penguatan ini memainkan peran penting dalam bagaimana ingatan rasa takut matang menjadi bentuk stabil di korteks serebral untuk penyimpanan permanen," kata Jun-Hyeong Cho, seorang profesor molekuler. biologi sel dan sistem yang memimpin penelitian ini. "Dengan menggunakan mekanisme serupa, memori jarak jauh non-takut lainnya juga dapat disimpan secara permanen di PFC."
Otak menggunakan mekanisme yang berbeda untuk menyimpan ingatan ketakutan yang terjadi baru-baru ini versus ingatan yang jauh. Studi sebelumnya telah menyarankan bahwa sementara pembentukan memori rasa takut melibatkan hippocampus, ia semakin matang seiring waktu dan menjadi kurang bergantung pada hippocampus. Banyak penelitian sekarang menjelaskan bagaimana ingatan rasa takut baru-baru ini disimpan, tetapi bagaimana otak mengkonsolidasikan ingatan rasa takut yang jauh tidak dipahami dengan baik.
Para peneliti berfokus pada PFC, bagian dari korteks serebral yang terlibat dalam konsolidasi memori jarak jauh dalam penelitian sebelumnya.
"Kami menemukan sekelompok kecil sel saraf atau neuron di dalam PFC, yang disebut neuron memori, aktif selama peristiwa traumatis awal dan diaktifkan kembali selama mengingat memori ketakutan jarak jauh," kata Cho. "Ketika kami secara selektif menghambat neuron memori ini di PFC, itu mencegah tikus mengingat memori ketakutan jarak jauh tetapi bukan memori ketakutan baru-baru ini. Hal ini menunjukkan peran penting neuron memori PFC dalam mengingat memori ketakutan jarak jauh."
Dalam percobaan, tikus menerima stimulus permusuhan di lingkungan yang disebut konteks. Mereka belajar mengasosiasikan stimulus permusuhan dengan konteks. Ketika dihadapkan pada konteks yang sama sebulan kemudian, tikus membeku sebagai respons. Hal ini menunjukkan bahwa mereka dapat mengingat kembali kenangan ketakutan yang jauh. Para peneliti menunjukkan bahwa koneksi (sinapsis) antara neuron memori di PFC, yang disebut sirkuit memori prefrontal, secara bertahap diperkuat dengan waktu setelah pembelajaran rasa takut, dan penguatan tersebut membantu PFC secara permanen menyimpan kenangan rasa takut yang jauh.
Selanjutnya, untuk memadamkan memori rasa takut jarak jauh pada tikus, para peneliti berulang kali memaparkan tikus ke konteks prediksi rasa takut yang sama tetapi tanpa rangsangan permusuhan. Hasilnya adalah respons rasa takut yang berkurang terhadap konteks.
Baca Juga: Bagaimana Otak Menyimpan Ingatan Peristiwa Trauma Masa Lalu?
Baca Juga: Studi Terbaru: Fotografi Jadi Alat Terapi Menyembuhkan Gangguan Mental
Baca Juga: Trauma di Masa Kecil Berdampak pada Perilaku Kecanduan Saat Dewasa
Source | : | Neuroscience News |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR