Nationalgeographic.co.id—Filsuf Yunani kuno, Socrates adalah seorang troll besar. Namanya paling sering dikenal sebagai filsuf moral pertama dari tradisi etika Barat, dan dianggap sebagai pendiri filsafat Barat.
Bagi banyak orang pada saat itu, Socrates dapat dipandang sebagai seorang guru yang mengajar beberapa orang jahat dan mengisi kepala mereka dengan pandangan anti-demokrasi.
"Murid-muridnya kemudian melakukan hal-hal yang mengerikan," tulis Khalid Elhassan kepada History Collection dalam artikel berjudul The Philosopher who Trolled Himself to Death and Other Philosophical Oddities from History terbitan 27 September 2022.
Ia memprovokasi murid-muridnya untuk menentang konsepsi demokrasi yang telah dijalankan di Athena. Di luar perspektif orang tentang kesalehan pikiran Socrates, dia menyimpan banyak kisah kontroversial.
"Sebagaimana orang Athena kontemporer mungkin melihatnya, Socrates dapat dibandingkan dengan seorang imam radikal modern," tambahnya.
Karakternya adalah menghentikan orang dan mengajukan serangkaian pertanyaan yang pada akhirnya membuat mereka terikat dalam simpul logis dan bertentangan dengan diri mereka sendir, dikenal dengan Metode Socrates.
Tindak tanduk itulah yang membuatnya tidak disukai banyak orang. Ia sering diejek dalam drama dramawan komik, seperti halnya karya berjudul The Clouds karya Aristophanes.
Agaknya di waktu yang tidak tepat, di mana ia muncul ketika Athena berada di puncak kekuasaannya, sistem demokrasi yang berkembang dan polis, atau negara kota, menjadikan Athena paling kuat di zaman itu. Kedigdayaannya seperti AS di dunia modern.
Ketika azas demokrasi tengah menguat, Socrates malah meragukan dan mempertanyakan demokrasi. Alhasil, muncul sejumlah pemberontak yang melawan hegemoni demokrasi di Athena kala itu.
Pemikiran radikalis anti-demokrasinya berdasar pada argumentasinya, bahwa sistem demokrasi yang dijalankan Athena bukanlah sesuatu yang ideal.
"Maksud Socrates adalah bahwa memberikan suara dalam pemilihan adalah keterampilan, bukan intuisi acak. Dan seperti keterampilan apa pun, itu perlu diajarkan secara sistematis kepada orang-orang (tidak sembarangan)," terusnya.
Baca Juga: Meski Tidak Dilarang Hukum Romawi, Inses Dianggap Tabu dan Barbar
Baca Juga: Pengadilan Yunani Kuno Atas Socrates, Apa yang Menyebabkannya Dihukum?
Baca Juga: Cerita Evolusi Kita: Kenapa Berpolitik dan Mencari Sistem yang Ideal?
Baca Juga: Kenang Jasa Plato bagi Sejarah Pemikiran dan Ilmu Pengetahuan
Baginya, demokrasi bisa jadi dipenuhi orang bodoh yang memilih tanpa mengetahui lebih jauh kebutuhan negerinya. Inilah yang menggugah Socrates untuk mengkritisi sistem demokrasi yang dianggapnya tidak relevan. Dari sini, dia banyak memengaruhi muridnya.
Salah satu pembelot itu ialah murid dari Socrates, Alcibiades. Ia memilih untuk mengkhianati Athena dan membawa Athena ke dalam Perang Peloponnesia, yang berakhir dengan kekalahan bagi orang Athena.
Setelah pemberontakan dan pengkhianatan itu, Socrates tidak merasa untuk bertanggung jawab atas tindakan muridnya, Alcibiades. Membuktikan bahwa bisa jadi ajaran Socrates yang berbahaya.
Pasca pertempuran Peloponnesia, Socrates sangat sadar dia adalah sosok yang dibenci dan inilah yang menyebabkan tuduhan terhadapnya.
Akibatnya, di tahun 399 SM, Socrates dituduh tidak sopan dan merusak pemikiran para kaum muda, dengan pemikiran radikalnya. Setelah persidangan yang berlangsung selama sehari, akhirnya ia dijatuhi hukuman mati.
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR