Ancaman terburuk yang dihadapi Romawi
Seakan perang dan wabah belum cukup membebani kaisar, masalah muncul di Utara, di luar Sungai Rhine dan Danube. Kedatangan sekelompok besar orang (terutama orang Goth) di Eropa Tengah memberi tekanan pada mereka yang tinggal di dekat perbatasan kekaisaran.
Sekali lagi, Romawi harus berperang. Perang Marcomanni adalah serangkaian konflik berlarut-larut yang terjadi antara Romawi dan berbagai suku Jermanik, termasuk Chatti, Quadi, Sarmatians, dan Marcomanni.
Pada mulanya, legiun mampu bertahan dalam menghadapi serangan suku barbar. Namun, serangan meningkat. Pertahanan kekaisaran yang tidak berawak karena wabah pun menyebabkan bencana.
Pada tahun 169, prajurit Jermanik menyeberangi Danube dan menyebabkan kekalahan telak pada Romawi di Pertempuran Carnuntum. Lebih dari 20.000 orang Romawi tewas dalam pertempuran itu, menyebabkan jalan menuju Italia terbuka.
Berbaris ke Lembah Po tanpa lawan, orang barbar menjarah dan menghancurkan Opitergium (Oderzo), dan mengepung kota besar Aquileia di Italia. Sejak zaman Hannibal Barca, Romawi menghadapi pasukan asing yang makin dengan dengan kekaisaran.
Akhirnya, Marcus Aurelius mengonsolidasikan kembali pasukan Romawi dan memukul mundur musuh. Pada akhir tahun 171, legiun, yang dipimpin langsung oleh kaisar, berhasil memulihkan kendali atas Danube.
"Hujan Keajaiban" yang menyelamatkan Legiun Romawi
Pada tahun 172, perang dilanjutkan dengan serangan balasan Romawi. Marcus Aurelius dianugerahi gelar Germanicus,dan koin dicetak untuk memperingati kemenangannya. Namun, perang hampir mengarah ke selatan. Saat berkampanye jauh di wilayah musuh, Legiun Kedua Belas diserang oleh pasukan Quadi yang besar. Dikelilingi dan tanpa air, legiun menghadapi kehancuran tertentu.
Namun, ketika bencana tampaknya tak terhindarkan, badai petir yang tiba-tiba menyelamatkan orang Romawi. Sementara para legiun memuaskan dahaga mereka, kilat menyambar Quadi. "Hujan Keajaiban" itu diukirkan di Kolom Aurelian, yang masih berdiri di Roma sebagai saksi kemenangan besar.
Pada tahun 174, penaklukan Quadi selesai dan tentara kekaisaran mengalahkan Sarmatians pada tahun berikutnya. Ketika pada tahun 176, Marcus Aurelius kembali ke Roma untuk merayakan kemenangannya. "Itu adalah pertama kalinya dia melihat ibu kota dalam 8 tahun," kata Bileta. Namun, kaisar filsuf tidak ditakdirkan untuk tinggal di Roma terlalu lama. Nasibnya membawanya ke medan perang untuk terakhir kalinya.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR