Tujuh dari sepuluh kakaktua yang diuji belajar sendiri untuk mengekstraksi kacang mete dengan sukses dengan menembus membran. Lalu dua kakaktua, yakni Figaro dan Fini, menyelesaikan tugas dalam waktu 35 detik pada upaya pertama mereka.
Kakaktua tidak memiliki perilaku mencari makan yang setara di alam liar. Oleh karena itu, tidak mungkin penggunaan alat mereka didasarkan pada perilaku bawaan. Jadi, setiap kakaktua menggunakan teknik yang sedikit berbeda.
Selanjutnya, tim menguji kemampuan kakaktua untuk mengubah penggunaan alat burung itu secara fleksibel tergantung situasi. Untuk melakukan ini, mereka memberi setiap kakaktua dua jenis kotak yang berbeda: satu dengan selaput atau membran dan satu lagi tanpa membran.
Kakaktua diberi dua alat yang sama, tetapi mereka hanya membutuhkan tongkat runcing saat membran menghalangi. "Kakaktua harus bertindak sesuai dengan masalahnya; terkadang kumpulan alat diperlukan, dan terkadang hanya satu alat sudah cukup," kata Osuna-Mascaró.
Semua kakaktua menguasai tes dalam waktu yang sangat singkat dan mampu mengenali kapan satu alat sudah cukup. Namun, burung-burung tersebut melakukan perilaku yang menarik selama fase pemilihan ini.
"Saat memilih alat mana yang akan digunakan terlebih dahulu, mereka mengambil satu, melepaskannya, lalu mengambil yang lain, melepaskannya, kembali ke yang pertama, dan seterusnya," kata Osuna-Mascaró. Para peneliti menemukan bahwa ketika kakaktua melakukan peralihan ini, mereka tampil lebih baik dalam pengujian.
Selanjutnya, tim menguji kemampuan kakaktua untuk mengangkut alat sebagai satu set sesuai kebutuhan. Tim peneliti menempatkan kakaktua melalui serangkaian percobaan yang semakin menantang untuk mencapai kotak.
Pertama kakaktua harus menaiki tangga pendek sambil membawa peralatan mereka; kemudian mereka harus membawa lat terbang secara horizontal bersama mereka; dan pada tes terakhir, mereka harus membawa alat tersebut sambil terbang secara vertikal.
Seperti sebelumnya, burung itu kadang-kadang hanya diberi kotak dengan penghalang membran. Jadi binatang itu harus memutuskan apakah masalahnya memerlukan satu atau kedua alat.
Beberapa kakaktua belajar menyatukan kedua alat tersebut, yakni dengan memasukkan tongkat pemukul pendek ke dalam lekukan sedotan yang telah dibelah dua, ketika mereka diberikan sebuah kotak yang membutuhkan keduanya.
Ini berarti mereka hanya perlu melakukan satu perjalanan, meskipun sambil membawa peralatan yang lebih berat.
Source | : | Cell Press |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR