Nationalgeographic.co.id—Burung hantu merupakan makhluk yang menakjubkan. Hewan ini memiliki kemampuan terbang tanpa menimbulkan suara, bahkan di lingkungan yang sangat sunyi.
Sayap burung hantu bergerak dengan begitu halus sehingga tidak menghasilkan bunyi. Kemampuan sayap burung hantu membuat spesies ini mampu mendeteksi dan memburu mangsa secara akurat hanya dengan mengandalkan pendengaran yang sangat tajam.
Kemampuan luar biasa ini tidak muncul begitu saja, tetapi terbentuk oleh berbagai faktor kompleks yang saling berkaitan. Karena keunikannya, kemampuan terbang hening pada burung hantu telah lama menjadi fokus utama dalam berbagai penelitian ilmiah.
Dilansir EurekAlert!, para peneliti telah menemukan hubungan antara kemampuan terbang tanpa suara dengan keberadaan micro-fringes (rumbai-rumbai mikro) di sayap burung hantu. Rumbai-rumbai di bagian tepi belakang (trailing-edge atau TE) ini memainkan peran penting dalam meredam suara yang dihasilkan oleh pergerakan udara akibat kepakan sayap.
Penelitian terhadap rumbai-rumbai ini berpotensi menghasilkan metode inovatif untuk mengurangi kebisingan pada mesin fluida. Sebab, selama ini mesin fluida dikenal menghasilkan kebisingan yang tinggi dan tidak ramah terhadap pendengaran.
Studi-studi sebelumnya belum sepenuhnya mengungkap mekanisme peredaman suara pada kepakan sayap burung hantu. Pengaruh rumbai tersebut terhadap interaksi antar bulu dan fitur sayap yang kompleks pada sayap burung hantu masih menjadi misteri.
Dalam upaya mengungkap rahasia di balik kemampuan terbang hening burung hantu, Profesor Hao Liu bersama timnya—termasuk para doktor Jaixin Rong dari Sekolah Pascasarjana Teknik, serta Yajun Jiang dan Masashi Murakami dari Sekolah Pascasarjana Sains, Universitas Chiba, Jepang—melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana rumbai pada tepi belakang (TE fringes) memengaruhi suara serta kinerja aerodinamis dari sayap burung hantu.
Ketika ditanya tentang motivasi di balik studi ini, Prof. Liu mengatakan, “Meskipun banyak upaya telah dilakukan oleh para peneliti, bagaimana tepatnya burung hantu mencapai penerbangan tanpa suara masih menjadi pertanyaan terbuka.
"Memahami peran pasti dari rumbai TE dalam penerbangan hening mereka akan memungkinkan kita menerapkannya dalam pengembangan mesin fluida berisik rendah yang praktis,” imbuh Liu. Temuan Liu dan rekan-rekannya itu telah diterbitkan dalam jurnal Bioinspiration & Biomimetics.
Untuk memahami mekanisme kerja sayap burung hantu, para peneliti tersebut membuat dua model tiga dimensi berdasarkan bentuk asli sayap burung hantu—satu model dilengkapi dengan rumbai TE dan satu lagi tanpa rumbai—dengan tetap menjaga seluruh detail geometrisnya.
Kedua model ini digunakan untuk mensimulasikan aliran fluida menggunakan kombinasi metode large eddy simulations dan analogi Ffowcs-Williams-Hawkings. Simulasi dilakukan pada kecepatan yang menyerupai kecepatan burung hantu saat meluncur mendekati mangsa.
Baca Juga: Burung Hantu Tyto alba, Predator Alami Penangkal Hama Lahan Pertanian
Source | : | eurekalert.org |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR