Tujuh tahun kemudian, bangsa Mongol kembali dengan armada besar. Armada terdiri dari 4.400 kapal dan sekitar 70.000 hingga 140.000 tentara untuk melancarkan invasi Mongol kedua mereka ke Jepang.
Satu set pasukan berangkat dari Korea, sementara yang lain berlayar dari Tiongkok selatan, berkumpul di dekat Teluk Hakata pada Agustus 1281. Tidak dapat menemukan pantai pendaratan yang cocok karena tembok, armada bertahan selama berbulan-bulan. Mereka pun menghabiskan perbekalan mereka saat mereka mencari daerah untuk mendarat.
Baca Juga: Siapakah Genghis Khan, Penakluk dan Pendiri Kekaisaran Mongol?
Baca Juga: Istana Cucu Jenghis Khan yang Telah Lama Hilang Akhirnya Ditemukan
Baca Juga: Gayatri: Wanita di Balik Suksesnya Raden Wijaya Membangun Majapahit
Pada tanggal 15 Agustus, bangsa Mongol bersiap untuk melancarkan serangan terhadap pasukan Jepang yang jauh lebih kecil yang mempertahankan pulau itu. Namun, sekali lagi, topan besar melanda dan menghancurkan armada Mongol. Untuk kedua kali, invasi Mongol gagal.
Catatan Jepang kontemporer menunjukkan bahwa lebih dari 4.000 kapal dihancurkan. “Sekitar 80 persen tentara ditenggelamkan atau dibunuh oleh samurai di pantai,” tambah Gillian. Ini merupakan salah satu upaya invasi angkatan laut terbesar dan paling berbahaya dalam sejarah.
Bangsa Mongol tidak pernah menyerang Jepang lagi setelah itu.
Raijin sang dewa angin dan Angin Ilahi “Kamikaze”
Menurut legenda Jepang, Kamikaze (angin dewa) diciptakan oleh Raijin untuk melindungi Jepang dari bangsa Mongol. Ia adalah dewa petir, guntur, dan badai dalam mitologi Jepang.
Salah satu dewa Jepang tertua, Raijin adalah dewa Shinto asli, juga dikenal sebagai kaminari (dari kami "roh" atau "dewa" dan nari "guntur"). Ia biasanya digambarkan sebagai roh yang tampak seperti setan yang menabuh genderang untuk menciptakan guntur.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR