Nationalgeographic.co.id—Tembok Theodosian Konstantinopel adalah salah satu struktur pertahanan paling kuat dari zaman kuno dan abad pertengahan. Tembok ini dibangun pada awal abad kelima Masehi di masa pemerintahan kaisar Theodosius II. Selama seribu tahun, Tembok Theodosian melindungi kota Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium. Namun, Tembok Theodosian lebih dari sekadar benteng pertahanan.
Tembok Theodosian, sang pembela Konstantinopel
Selama lebih dari satu milenium, kota Konstantinopel berkembang berkat kekuatan tembok pertahanannya yang besar – Tembok Theodosian.
Sekitar enam kilometer dari daratan, tembok ini menghalangi tentara untuk maju. Sistem pertahanannya rangkap tiga termasuk parit, tembok luar setinggi 8-9 meter dan tembok dalam besar. “Tembok bagian dalam ini setinggi 12 meter dan tebal hampir 5 meter,” tulis Vedran Bileta di laman The Collector.
Membentang dari Laut Marmara hingga Tanduk Emas, tembok ini memiliki lebih dari 90 menara. Pasukan menjaga benteng setiap saat, siap menghujani panah dan proyektil ke musuh mana pun yang berani menyerang.
Selama masa damai, warga sipil dan militer dapat memasuki kota melalui sepuluh gerbang yang menembus Tembok Theodosian. “Ini termasuk Gerbang Emas yang monumental dan megah,” Bileta menambahkan lagi.
Batas suci bagi kota suci Konstantinopel
Selama satu milenium, Konstantinopel lebih dari sekadar ibu kota kekaisaran. Metropolis besar itu juga merupakan salah satu tempat tersuci umat Kristen. Dipenuhi dengan gereja dan biara, Konstantinopel menyimpan segudang relik. Jadi, Tembok Theodosian menandai batas antara kota suci dan ruang profan di luar batas.
Selama berabad-abad, kaisar yang saleh mengukir tembok dengan dedikasi dan simbol untuk melindungi kota suci. Simbol itu berupa salib, kristogram, dan monogram. Yang sangat penting adalah simbol chi(X) rho(P). Kedua simbol ini yang membawa kemenangan bagi kaisar Konstantinus Agung dalam Pertempuran Jembatan Milvian.
Tembok Theodosian dalam peran seremonialnya
Selain peran defensif, Tembok Theodosian bertindak sebagai simbol kekuatan Kekaisaran Bizantium yang kuat. Ini terutama terlihat pada pintu masuknya yang paling monumental—Golden Gates atau Porta Aurea. Awalnya dibangun sebagai gapura kemenangan kaisar Theodosius I pada tahun 391, struktur megah ini diintegrasikan ke dalam Tembok Theodosian.
Porta Aurea menjadi titik awal untuk semua prosesi. Prosesi tersebut biasanya bergerak melalui Mese—jalan utama—ke jantung ibu kota kekaisaran: Hagia Sophia dan Istana Agung.
Ketika kaisar Bizantium pergi berperang atau kembali dengan kemenangan, mereka melewati Gerbang Emas dengan prosesi yang spektakuler.
Harapan terakhir Kekaisaran Bizantium
Dengan atau tanpa bantuan ilahi, Tembok Theodosian berhasil menahan sejumlah calon penakluk. Mulai dari Attila sang Hun, Slavia, dan Avar. Tidak heran Bizantium menganggap tembok sebagai pertahanan kekaisaran yang kuat dan kuat.
Kekuatan tembok, melindungi kota, mencerminkan kekuatan kekaisaran dan jika tembok itu runtuh, maka runtuhlah juga kekaisaran.
Baca Juga: Keduanya Pemimpin Dewa di Yunani dan Romawi, Ini Beda Zeus dan Jupiter
Baca Juga: Penemuan Lingga Kayu di Benteng Romawi, Kemungkinan Adalah Mainan Seks
Baca Juga: Kisah Tiberius Jadi Kaisar Romawi Kuno Hingga Skandal Terlarang
Baca Juga: Sisi Lain Julius Caesar, Kaisar Romawi Kuno Punya Banyak Gundik
Sementara tentara Perang Salib Keempat berhasil menaklukkan Konstantinopel pada 1204, mereka gagal merebut tembok darat. Mereka memasuki kota melalui Tembok Laut yang lebih lemah.
Tembok Theodosian ditembus hanya sekali dalam sejarah ribuan tahun mereka - pada tahun 1453. Segala sesuatu yang terjadi pada tembok itu dianggap sebagai pertanda. Penggunaan senjata baru - meriam - yang menembus benteng perkasa menandai akhir Abad Pertengahan dan mengantarkan Zaman Bubuk Mesiu. Dan dengan jatuhnya Tembok Theodosius, Konstantinopel juga runtuh, mengakhiri Kekaisaran Romawi.
Setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kekaisaran Ottoman, Tembok Theodosian kehilangan peran pertahanannya. Tidak dibangun untuk menahan senjata api, benteng perkasa berubah menjadi simbol masa lalu, dan kian memburuk seiring berjalannya waktu.
Saat ini, Tembok Theodosian masih berdiri, meskipun sebagian dari perimeternya runtuh. Tembok ini terus menjadi simbol kuat masa lalu yang gemilang dari kekaisaran yang hilang.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR