Nationalgeogrphic.co.id - Tidak diragukan lagi, Konstantinus Agung adalah salah satu kaisar Romawi yang paling berpengaruh di masanya. Ia berkuasa pada saat yang sangat penting bagi kekaisaran, setelah memenangkan perang saudara selama beberapa dekade.
Pemerintahannya membawa kemakmuran bagi rakyatnya. Apa saja pencapaian Kaisar Konstantinus Agung dari Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium?
Konstantinus I secara pribadi mengawasi reformasi moneter, militer, dan administrasi utama. “Ia meletakkan dasar yang kuat dan stabil bagi Bizantium,” tutur Vedran Bileta di laman The Collector.
Dengan menyerahkan Kekaisaran Romawi kepada ketiga putranya, dia mendirikan dinasti kekaisaran yang kuat. Konstantinus Agung terkenal karena penerimaannya pada agama Kristen.
Momen yang menentukan itulah yang menyebabkan Kristenisasi yang cepat di Kekaisaran Romawi. Penerimaannya itu tidak hanya mengubah nasib kekaisaran tetapi juga seluruh dunia.
Terakhir, dengan memindahkan ibu kota kekaisaran ke Konstantinopel yang baru didirikan, Konstantinus Agung memastikan kelangsungan hidup Kekaisaran di Timur. “Bahkan berabad-abad setelah jatuhnya Roma,” tambah Bileta.
Konstantinus si putra kaisar Romawi
Flavius Valerius Constantius, calon kaisar Konstantinus Agung, lahir pada tahun 272 Masehi di provinsi Romawi Moesia Atas (sekarang Serbia).
Ayahnya, Constantius Chlorus, adalah anggota pengawal Aurelian yang kemudian menjadi kaisar di Tetrarki Diokletianus. Dengan membagi Kekaisaran Romawi di antara empat penguasa, Diokletianus berharap untuk menghindari perang saudara yang melanda negara selama Krisis Abad Ketiga.
Diokletianus dengan damai turun takhta, tetapi sistem gagal. Menyusul kematian Konstantius pada tahun 306, pasukannya segera memproklamirkan Kaisar Konstantinus. Tindakan itu jelas melanggar Tetrarki meritokratis. Alhasil, perang saudara pun pecah dan berkecamuk selama dua dekade.
Memenangkan pertempuran di Jembatan Milvian
Momen yang menentukan dalam perang saudara terjadi pada tahun 312 Masehi. Saat itu Konstantinus I mengalahkan saingannya, Kaisar Maxentius, dalam Pertempuran Jembatan Milvian di luar Roma.
Sebagai pemenang, Konstantinus memegang kendali penuh atas Romawi Barat. Namun, yang lebih penting, kemenangan atas Maxentius menandai ambang penting dalam sejarah Kekaisaran Romawi.
Baca Juga: Valeria Messalina, Kisah Ratu Romawi yang Sejarahnya Dihapus
Baca Juga: Rentan Dibunuh, Kaisar Romawi Jadi Pekerjaan Paling Berbahaya
Baca Juga: Gempa Bumi Pengguncang Turki: Era Romawi, Ottoman, hingga Republik
Rupanya, sebelum pertempuran, Konstantinus melihat sebuah salib di langit dan diberi tahu: “Dengan tanda ini kamu akan menaklukkan.”
Didorong oleh penglihatan tersebut, Konstantinus memerintahkan pasukannya untuk mengecat perisai mereka dengan lambang chi-rho (inisial yang melambangkan Kristus).
Konstantinus Agung menjadikan Kristen sebagai agama resmi kekaisaran
Menyusul kemenangannya, pada tahun 313 Masehi, Konstantinus dan rekan kaisar Licinius mengeluarkan Dekrit Milan. Dekrit tersebut menyatakan agama Kristen sebagai salah satu agama resmi kekaisaran.
Dukungan langsung kekaisaran meletakkan dasar yang kuat untuk Kristenisasi di Romawi dan akhirnya sampai ke seluruh dunia. Ada yang mengatakan jika sang kaisar adalah seorang Kristen sejati, ada juga yang berpendapat bahwa itu hanya taktik politiknya.
Namun, Konstantinus memainkan peran penting di Konsili Nicea yang menetapkan prinsip-prinsip kepercayaan Kristen–Pengakuan Iman Nicea.
Kaisar Konstantinus I adalah seorang reformis hebat
Pada tahun 325 Masehi, Konstantinus mengalahkan saingan terakhirnya, Licinius. Ia pun akhirnya menjadi satu-satunya penguasa Romawi.
Berkat kemenangan itu, kaisar dapat mendorong reformasi besar untuk mengatur kembali dan memperkuat kekaisaran yang terkepung. Berkat beberapa upayanya, ia mendapatkan julukan "Agung".
Berdasarkan reformasi Diokletianus, Konstantinus mengorganisasi ulang militer kekaisaran. Di saat yang sama, para garda praetoria berperang melawannya di Italia. Maka ia pun membubarkan mereka. Tentara baru terbukti efisien dalam salah satu penaklukan kekaisaran terakhir, pengambilalihan singkat Dacia.
Untuk membayar pasukannya dan memperkuat ekonomi kekaisaran, Konstantinus Agung memperkuat mata uang kekaisaran. Ia memperkenalkan standar emas baru–solidus–yang mengandung 4,5 gram emas padat. Solidus akan mempertahankan nilainya hingga abad kesebelas.
Konstantinopel, ibu kota kekaisaran baru
Salah satu keputusan paling berpengaruh yang dibuat oleh Konstantinus adalah pendirian Konstantinopel pada 324 Masehi. Itu adalah ibu kota baru dari Kekaisaran Bizantium yang berkembang pesat.
Tidak seperti Roma, Konstantinopel mudah dipertahankan karena lokasi geografisnya yang utama dan pelabuhan yang terlindungi dengan baik. Kota ini juga dekat dengan zona perbatasan yang terancam di Danube dan Timur sehingga memungkinkan respons militer yang lebih cepat.
Terletak di persimpangan Eropa dan Asia dan di ujung Jalur Sutra membuat kota ini dengan cepat menjadi kota metropolis yang kaya dan berkembang. Setelah jatuhnya Romawi Barat, Konstantinopel tetap menjadi ibu kota kekaisaran selama lebih dari seribu tahun.
Kaisar Konstantinus mewariskan Kekaisaran Bizantium kepada ketiga putranya – Konstantius II, Konstantinus II, dan Konstans. Mereka menciptakan dinasti kekaisaran yang kuat.
Lebih penting lagi, Konstantinopel memastikan kelangsungan hidup Kekaisaran Bizantium dan Kekristenan, warisan abadi Konstantinus Agung berabad-abad berikutnya.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR