Nationalgeographic.co.id—"Aku memohon padamu, bumi dan air, demi iblis yang tinggal di dalam dirimu dan (aku memohon) keberuntungan pemandian ini sehingga, saat kau berkobar dan membakar dan membakarnya, maka bakarlah dia (wanita yang ditargetkan) yang (ibu dari wanita yang ditargetkan) bosan, sampai dia datang kepadaku…”
Mantra pelet cinta atau pemikat bukan hal baru dalam dunia percintaan. Teks mantra pada papirus dari Mesir ini diperkirakan berumur sekitar 1.700 tahun silam.
Selain memuat mantra, bagian belakang papirus juga memuat ramuan yang digunakan untuk mengobati berbagai kondisi, termasuk sakit kepala dan kusta.
Mantra-mantra itu merupakan hasil upaya arkeolog menerjemahkan dua teks Mesir Kuno yang ditulis pada daun papirus.
Teks tersebut berisi mantra kuno untuk memanggil dewa-dewa dan roh jahat, dipakai sebagai jampi-jampi untuk mendapatkan cinta dan kekuasaan. Perapal mantra harus membakar serangkaian persembahan dan menulis mantra di dinding pemandian.
Mantra tersebut tidak secara spesifik menargetkan nama seseorang. Sebaliknya, manta ditulis sedemikian rupa sehingga siapa pun yang akan menggunakannya tinggal menyematkan nama orang yang akan menjadi target. Pembuat mantra dalam bahasa Yunani—bahasa yang dipakai di Mesir saat itu—tak diketahui.
Franco Maltomini dari University of Udine di Italia, peneliti yang mengungkap arti mantra Mesir itu, menjelaskan kepada Live Science bahwa mantra cinta merupakan permohonan pada dewa-dewa gnostik, dewa dari agama kuno.
Satu mantra memanggil para dewa untuk "membakar hati" seorang wanita sampai dia mencintai perapal mantra, kata Maltomini, yang menerjemahkan mantra tersebut. Mantra lain, yang ditargetkan pada laki-laki, menggunakan serangkaian kata magis untuk "menundukkan" si target, atau memaksanya melakukan apa pun yang diinginkan oleh perapal mantra.
Kedua mantra itu tidak ditujukan pada orang tertentu. Sebaliknya, mereka ditulis sedemikian rupa sehingga orang yang merapal mantra hanya perlu memasukkan nama orang yang menjadi sasaran.
Arkeolog Bernard Grenfell dan Arthur Hunt menemukan mantra di Oxyrhynchus, Mesir, lebih dari 100 tahun yang lalu, di antara ratusan ribu papirus. Selama abad yang lalu, para ilmuwan secara bertahap mempelajari dan menerjemahkan papirus. Banyak dari mereka sekarang dimiliki oleh Egypt Exploration Society dan disimpan dan dipelajari di Universitas Oxford di Inggris.
Maltomini adalah bagian dari kelompok editor dan kontributor yang lebih besar dari berbagai institusi yang menganalisis dan menerjemahkan kumpulan terbaru dari teks-teks magis ini, yang akan diterbitkan dalam volume mendatang "The Oxyrhynchus Papyri," sebuah seri buku yang dikhususkan untuk menerbitkannya. papirus dari Oxyrhynchus.
Source | : | Livescience |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR