Kondisi politik di Aceh sendiri saat itu tidak terlalu stabil, hal ini karena kejatuhan Malaka terjadi bersamaan dengan terbentuknya Kesultanan Aceh.
Haykal menjelaskan, bahwa Kerajaan Aceh Darussalam berdiri pada awal abad ke-16. “Kesultanan Aceh berdiri dari penyatuan beberapa kerajaan Islam yang terfragmentasi seperti Lamuri dan Daya, Pedir dan lainnya.”
Kejatuhan Malaka serta disusul oleh proses terbentuknya Kesultanan Aceh telah mengakibatkan terjadinya perpindahan geopolitik di selat Malaka. Dalam waktu cepat, Aceh Darussalam menjadi pusat bisnis, politik, pendidikan, dan kebudayaan.
Gerakan Anti-Kolonialisme dan Faktor Dukungan Turki Utsmani
Seiring berjalannya waktu, kekuasaan Kesultanan aceh semakin luas. Beberapa kerajaan-kerajaan kecil yang kala itu telah dipengaruhi Portugis, kini telah kembali dikuasai oleh Kesultanan Aceh.
Pendiri Kesultanan Aceh, Sultan Ali Mughayat Syah, membuat kebijakan untuk melakukan penyerangan ke kota-kota pelabuhan. Hal ini merupakan respon atas gangguan Portugis.
Upaya tersebut berhasil membuat Portugis kewalahan. Alih-alih mundur, Haykal menerangkan, Portugis justru membalasnya dengan “menyerang rombongan jemaah Haji.”
Pada tahun 1521, sebelum Kesultanan Aceh dan Kekaisaran Ottoman bermitra, Portugis melancarkan serangan dengan jumlah kekuatan yang besar. Namun Sultan Ali Mughayat Syah dengan sigap meresponya, sehingga berhasil memukul mundur pasukan Portugis.
“Pertempuran inilah yang kemudian menjadi pertempuran pertama dalam perjuangan anti-kolonialisme melawan Portugis yang akan berlangsung selama 120 tahun sampai takluknya Portugis dari Malaka,” terang Haykal.
Pada tahun 1530, Aceh mulai membangun aliansi dengan Kekaisaran Ottoman. Tepatnya setelah Ottoman mengepakan sayap kekuasaannya di Samudera Hindia.
Kekaisaran Ottoman memiliki kepentingan yang sama dengan Kesultanan Aceh, yaitu menjaga stabilitas di Samudera Hindia. Tak hanya menjadi ancaman di sektor ekonomi, namun Portugis juga menjadi sebuah ancaman pada ibadah Haji.
Hubungan erat dua kerajaan Islam ini mencapai puncaknya pada tahun 1560-an, “di mana beberapa ekspedisi angkatan laut Turki Utsmani berhasil mencapai perairan Nusantara untuk pertama kalinya.”
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR