Sepanjang abad ke-16, banyak sumber yang menceritakan teror yang dilakukan kapal-kapal Portugis terhadap jemaah-jemaah haji asal Nusantara. Seperti apa yang disampaikan Sultan Aceh Alauddin al-Kahar, dalam surat yang ditujukan kepada Sulaiman I: “Mereka menyandera para jamaah haji lalu dijual sebagai budak.”
Alauddin al-Kahar, Sultan Aceh ketiga, bersurat kepada Sulaiman I dengan maksud mengajukan permohonan delegasi.
Bantuan dari Kekaisaran Ottoman
“Dengan rendah hati meminta agar Sultan Turki Utsmani menganggap Aceh sebagai bagian dari provinsi-nya dan menganggap dirinya sebagai salah seorang Gubernur Turki Utsmani,” terang Haykal.
Setibanya surat Al-Kahar di Istanbul pada 1566, Sultan Sulaiman I saat itu sedang berada di Szigetvar, lalu ia wafat disana pada bulan September 1566.
Haykal menerangkan, Selim II yang merupakan penerus dari Sulaiman I, menerima delegasi Aceh dan menyambut positif permintaan dari Sultan Aceh Al- Kahar. Bey di Mesir, Hijaz, dan Rhodos diinstruksikan untuk mempermudahkan kebutuhan para delegasi Aceh.
Baca Juga: Ereveld Ancol Berbagi Histori: Ziarah Para Pejuang Aceh yang Terlupakan
Baca Juga: Kisah Perempuan: Menelisik Ketangguhan Perempuan Aceh di Masa Lalu
Baca Juga: Pesona Lada Aceh, dari Ottoman hingga Eropa Barat
Baca Juga: Benarkah Tsunami Aceh Telah Diramalkan Dalam Manuskrip Kuno?
“Hal ini dibuktikan dalam surat perintah sultan Selim II atau Nişan-ı Hümayun yang berisi tentang keputusan Selim II mengangkat Kurtoğlu Hızır Reis sebagai Laksamana angkatan laut yang akan berangkat ke Aceh.”
Tidak berjalan mulus, saat bantuan sedang dalam perjalanan, meletus pemberontakan di Yaman. pemberontakan ini dipimpin oleh Muttahar, seorang Imam dari Zaydi Syiah di Yaman.
Setelah pemberontakan berhasil mereda, Sultan Selim II kembali mengerahkan tiga ribu prajuritnya untuk dikirim ke Aceh.
Kerjasama antara Aceh dan Turki Utsmani, “memainkan peranan sangat krusial dalam perkembangan militer Kesultanan Aceh.” Tidak hanya berhenti pada perlawanan Portugis, kerja sama ini terus menjadi gerakan yang kuat dalam melawan kolonial Belanda dan Britania Raya.
Perlu diketahui bahwa selain Kekaisaran Ottoman, Muslim Gujarat juga turut menjadi mitra dalam misi anti-kolonialisme Portugis.
“Bahkan diperkirakan, penyebutan nama ‘Serambi Mekkah’ untuk Aceh juga dimulai pada masa ini dikarenakan pengiriman rempah-rempah tersebut bersamaan dengan keberangkatan kapal-kapal jamaah Haji asal Nusantara dan Gujarat,” jelas Haykal.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR