Permaisuri Wu Si bunuh diri setelah stempel ratunya diambil. Padahal, kaisar tidak mengusirnya atau memintanya untuk pindah dari istana permaisuri.
Putranya, mantan putra mahkota Liu Ju, kemudian bunuh diri dengan alasan yang sama dengan ibunya. Tindakan keduanya menunjukkan kesetiaan dan menolak untuk dipermalukan. Semua keluarga Liu Ju pun dibunuh dan dijebloskan ke dalam penjara.
Nama mereka dibersihkan setelah Kaisar Wu menerbitkan Dekrit Introspeksi pertama dalam sejarah Tiongkok dua tahun kemudian. Mereka yang terlibat dalam upaya menjebak putra mahkota dijatuhi hukuman mati.
Kaisar kemudian membangun sebuah istana untuk mengenang putra mahkota Liu Ju. Sang kaisar berharap jiwa sang putra dapat memaafkannya.
Beberapa orang percaya bahwa kaisar memang berencana untuk melemahkan klan kuat Permaisuri Wu Si. Ini untuk memastikan mereka tidak akan banyak memanipulasi politik setelah Liu Ju naik takhta. Akan tetapi sang kaisar tidak menyangka bahwa dia akan kehilangan permaisuri, putra mahkota, putri, dan cucunya.
Yang lain menganggap Kaisar Wu hanyalah seorang pemimpin berdarah dingin yang tidak ingin kehilangan kekuasaan. Banyak yang berpendapa jika ia menjadi ceroboh di tahun-tahun terakhirnya.
Permaisuri Wu Si nan legendaris
Permaisuri Wu Si adalah salah satu permaisuri paling berpengaruh dari Dinasti Han.
Karena statusnya, saudara laki-lakinya Wei Qing dan keponakan Huo Qubing memiliki kesempatan untuk bertemu dengan kaisar. Mereka diberi kesempatan untuk menjadi perwira paling luar biasa dalam sejarah Tiongkok.
Huo Guang, saudara tiri Huo Qubing, diberdayakan sebagai wakil penguasa yang dihormati setelah Kaisar Wu meninggal dunia. Ia membantu kaisar baru dalam memerintah kekaisaran dengan baik.
Cicit laki-lakinya, yang dijebloskan ke dalam penjara, naik takhta sebagai Kaisar Xuan dari Han beberapa dekade kemudian. Kaisar Xuan menjadi salah satu pemimpin paling luar biasa di Dinasti Han. Di bawah pemerintahannya, Dinasti Han berada di masa keemasannya.
Wei Zifu beruntung bertemu dan mengesankan pria paling berkuasa di usia yang sangat muda dan cantik. Ia sederhana, sopan, baik hati, dan berhati-hati. Sang permaisuri dipuji dalam catatan resmi sejarah Tiongkok.
Selain itu, dia tidak pernah menyalahgunakan kekuasaannya atau memanfaatkan klannya yang kuat. Sebagai ibu, ia berani dan tegas membela putranya. Ketika suaminya tidak lagi memercayainya, dia bersikap tenang dan bermartabat.
Kehidupan legendarisnya didokumentasikan dalam sejarah, tanpa misteri atau teka-teki yang belum terpecahkan, seperti dirinya sendiri, cerah dan murah hati.
Source | : | Britannica,China Fetching |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR