Nationalgeographic.co.id—Bukan hal aneh jika permaisuri dan harem Kekaisaran Tiongkok berusaha untuk memperkuat pengaruhnya di istana. Salah satunya adalah Wan Zhener, selir dari Dinasti Ming yang paling berkuasa dan terkenal. Sebagai selir kesayangan Kaisar Chenghua, ia melapangkan jalan meraih kekuasaan dengan membunuh bayi-bayi kaisar.
Pengasuh Pangeran Zhu Jianshen
Wan Zhener dilahirkan dalam keluarga pemerintah, tetapi ayahnya terlibat dalam kejahatan ketika dia masih kecil. Untuk menebus kesalahan sang ayah, ia dikirim ke istana kekaisaran sebagai pembantu ketika berusia empat tahun. Wan cerdas dan rajin dan disukai oleh tuannya, Ibu Suri Sun.
Oleh ibu suri, ia ditugaskan untuk mengasuh putra mahkota Zhu Jianshen yang berusia 2 tahun. Saat itu, Wan sudah berusia 19 tahun.
Ketika Zhu Jianshen berusia 5 tahun, dia dihapuskan dari posisi putra mahkota. Sementara pamannya, Kaisar Jingtai, mencalonkan putranya sebagai putra mahkota yang baru.
Selama periode itu, Zhu Jianshen dipenjara, diisolasi di sebuah istana kecil. Ia diawasi secara ketat oleh mata-mata pamannya. Mantan putra mahkota itu mengalami beberapa momen hidup dan mati dan menjadi sangat ketakutan. Selain itu, dia tidak bisa bertemu dengan orang tua atau neneknya.
Yang ia miliki hanyalah pelayan Wan, yang merawat dan melindungi pangeran kecil ini dengan sangat baik.
Wan adalah pengasuh, pembantu, penjaga, teman, saudara perempuan, dan sampai batas tertentu, bahkan ibunya. Apa pun yang terjadi, Wan selalu ada untuknya.
Ketika Zhu Jianshen berusia 10 tahun, ayahnya merebut takhta kembali melalui kudeta dan menominasikannya sebagai putra mahkota lagi.
Wan Zhener menjadi selir kekaisaran terkuat di Dinasti Ming
Tidak ada yang tahu persis kapan Zhu Jianshen jatuh cinta pada Wan.
Ketika Zhu Jianshen berusia 17 tahun, dia naik takhta sebagai Kaisar Chenghua setelah ayahnya meninggal.
Melansir dari China Fetching, kaisar muda itu ingin mencalonkan Wan sebagai permaisurinya. Namun keinginan itu ditentang oleh ibunya. Pasalnya, usia Wan yang jauh lebih tua, status pembantu, dan penampilannya biasa.
Oleh karena itu, Kaisar Chenghua menikahi Wu sebagai permaisurinya. Ia dalah seorang gadis bangsawan, muda, dan cantik yang dipilih orang tuanya untuknya.
Wu, seorang gadis cantik dan angkuh, kesal karena kerap diabaikan oleh kaisar. Segera setelah pernikahan mereka, Wu menghukum Wan karena berperilaku tidak sopan.
Ini membuat kaisar marah. Dia mengarang kejahatan yang tidak pernah dilakukan Wu dan keluarganya dan segera menyingkirkan Wu.
Belakangan, gadis anggun lainnya bernama Wang dinominasikan sebagai permaisuri. Karena dia tahu betapa kaisar mencintai Wan, dia bersikap sopan dan patuh kepada Wan.
Setelah itu, Wan dihormati sebagai permaisuri sebenarnya di istana kekaisaran.
Pemerintahan besar Kaisar Chenghua dan masalah ahli waris
Kaisar Chenghua mengambil alih sebuah kekaisaran yang mengalami kegagalan militer besar-besaran. Di saat yang sama, kekaisaran dipenuhi dengan pemberontakan warga sipil yang tidak puas.
Setelah 23 tahun masa pemerintahannya, wilayah yang hilang dipulihkan, populasi, ekonomi, dan pertanian dikembangkan lebih lanjut. Kekaisaran Tiongkok terus berkembang.
Namun, kaisar yang luar biasa ini merasa terganggu dengan masalah ahli waris.
Saat berusia 19 tahun, Wan yang dicintainya melahirkan bayi laki-laki pertamanya. Namun bayi malang itu meninggal beberapa bulan kemudian.
Belakangan, selir kekaisaran lainnya memiliki putra kedua kaisar. Namun bocah ini meninggal hanya beberapa bulan setelah dicalonkan sebagai putra mahkota.
Dalam beberapa gosip, putra mahkota muda ini dibunuh oleh Wan Zhener karena cemburu. Ia mungkin telah menggugurkan bayi lain ketika wanita lain juga hamil.
Setelah itu, tidak ada yang melahirkan bayi untuk kaisar sampai sang kaisar berusia 29 tahun. Tidak memiliki ahli waris untuk kekaisaran besarnya menjadi masalah terbesar Kaisar Chenghua.
Ibu suri terus memilih selir kekaisaran yang muda dan cantik untuknya, tetapi dia tetap hanya mencintai Wan.
Calon putra mahkota yang dibesarkan secara diam-diam
Ketika Kaisar Chenghua masih muda, dia menghabiskan malam romantis dengan seorang pelayan kekaisaran bernama Ji. Pelayan itu pun hamil dan melahirkan seorang bayi laki-laki.
Dalam beberapa dokumen, Wan mencoba menggugurkan dan membunuh bayi laki-laki ini setelah mendengar tentang kehamilan tersebut. Tetapi para pelayan yang dikirim untuk melaksanakan kejahatan ini tidak melakukannya. Mereka berbohong kepada Wan dengan mengatakan bahwa gadis itu dan bayinya telah diasuh.
Yang lain percaya bahwa Kaisar Chenghua mengetahui tentang kehamilan Ji. Sang kaisar menahan Ji dan bayi laki-lakinya di luar istananya karena dia tidak ingin menyakiti perasaan Wan.
Anak laki-laki kaisar dibesarkan secara diam-diam di tempat tinggal para pelayan.
Pada tahun 1476, ketika Kaisar Chenghua berusia 29 tahun, bocah laki-laki berusia 6 tahun ini diperkenalkan ke istana kekaisaran. Ibu suri segera melindunginya dan mencalonkannya sebagai putra mahkota.
Wan Zhener tentu menjadi sangat marah. Ibu anak laki-laki itu dan orang-orang yang telah berbohong kepada Wan, semuanya melakukan bunuh diri atau meninggal secara tiba-tiba.
Meski menjadi selir paling berkuasa, Wan tidak bisa berbuat apa-apa pada bocah ini. Pasalnya, putra mahkota itu berada di bawah wanita paling kuat di istana, ia adalah ibu suri.
Rencana gagal melenyapkan putra mahkota
Namun, Wan Zhener masih tidak menyukai Zhu Youcheng menjadi putra mahkota. Wan takut jika kelak putra mahkota akan melakukan balas dendam atas tindakannya pada ibu dan pengasuhnya.
Maka dia mencoba beberapa kali membujuk suaminya untuk menggantikan ahli waris dengan pangeran lain. Tentu saja calon ahli waris yang dipilih ialah yang ibu kandungnya dekat dengan Wan.
Segera setelah Kaisar Chenghua membuat keputusan, gempa bumi terjadi di Gunung Tai. Itu adalah gunung yang memiliki makna penting dalam politik dan budaya Tiongkok kuno. Di Gunung Tai, mantan kaisar luar biasa dalam sejarah Tiongkok mengadakan upacara pengurbanan ke surga.
Kaisar Chenghua ketakutan dan menganggap ini sebagai peringatan untuk tidak mengubah ahli waris. Oleh karena itu, Zhu Youcheng akhirnya stabil dan aman sebagai putra mahkota.
Kaisar Chenghua meninggal
Setelah gagal menggantikan putra mahkota, Wan Zhener berhenti memengaruhi politik. Dia menghabiskan sisa hidupnya dengan damai di istana kekaisaran sampai dia meninggal ketika berusia 57 tahun.
Baca Juga: Cara Nyeleneh para Harem Kekaisaran Tiongkok Menurunkan Berat Badan
Baca Juga: Bebek Peking, Sajian Favorit Kaisar Tiongkok yang Jadi Simbol Nasional
Baca Juga: Wu Si, dari Budak Jadi Permaisuri Kekaisaran Tiongkok yang Berpengaruh
Baca Juga: Zhang Xun, Jenderal Hebat Dinasti Tang Dikritik Izinkan Kanibalisme
Kaisar Chenghua memiliki anak dengan wanita lain, tetapi dia hanya mencintai Wan sepanjang hidupnya. Seakan buta akan cinta, kaisar tidak peduli betapa ibu dan pejabatnya tidak menyukainya. Ia bahkan menutup mata atas apa yang dilakukan Wan terhadap ratu, selir kekaisaran, dan anak-anak yang belum lahir.
Mendengar kematian Wan, dia berduka, jatuh sakit, dan memberi tahu orang lain bahwa dia akan segera meninggalkan dunia. Beberapa bulan kemudian, Kaisar Chenghua meninggal dunia.
Setelah Zhu Youcheng naik tahta, banyak pejabat menyarankan agar dia menghukum keluarga Wan. Namun dia menolak dan melepaskan semua yang terjadi di masa lalu. Tidak ada bukti nyata yang menunjukkan Wan melakukan pembunuhan itu. Namun dalam beberapa novel sejarah, dia digambarkan sebagai istri yang pencemburu, jahat, dan berkuasa.
Kebenaran mungkin terkubur selamanya, tapi ada satu hal yang pasti, cinta Selir Wan Zhener dan Kaisar Chenghua tulus dan murni.
Dia menemaninya hampir sepanjang hidupnya, dari seorang pangeran yang tersingkir hingga kaisar yang tertinggi dan cakap.
Source | : | China Fetching |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR