Untuk pertama kalinya, para peneliti terkemuka dari bidang perawatan kesehatan, ilmu laut, dan ilmu sosial telah berkolaborasi untuk mengukur risiko sampah plastik yang besar bagi semua kehidupan di bumi.
Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan baru-baru ini di jurnal Annals of Global Health dengan tajuk “The Minderoo-Monaco Commission on Plastics and Human Health.”
Studi ini menyajikan analisis komprehensif yang menunjukkan plastik sebagai material berbahaya di setiap tahap siklus hidup mereka.
Laporan ini dipimpin oleh para ilmuwan di Yayasan Minderoo, Centre Scientifique de Monaco, dan Boston College. Para peneliti Mark Hahn dan John Stegeman di Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI) adalah penulis utama pada bagian yang berfokus pada dampak plastik di laut.
Temuan-temuan utama Komisi meliputi beberapa poin, yaitu:
Pertama: Plastik menyebabkan penyakit, kerusakan, dan kematian dini pada setiap tahap siklus hidup mereka, dengan dampak kesehatan yang secara tidak proporsional memengaruhi komunitas minoritas yang rentan, berpenghasilan rendah, terutama anak-anak.
Kedua: Bahan kimia beracun yang ditambahkan ke dalam plastik dan secara rutin terdeteksi pada manusia. Di antara efek lainnya diketahui meningkatkan risiko keguguran, obesitas, penyakit kardiovaskular, dan kanker.
Ketiga: Sampah plastik ada di mana-mana di lingkungan global, dengan mikroplastik terjadi di seluruh lautan dan rantai makanan laut.
"Hanya lebih dari 50 tahun sejak kami menyadari keberadaan plastik di seluruh lautan," kata John Stegeman, seorang ilmuwan senior Departemen Biologi di WHOI. "Pekerjaan Komisi Minderoo-Monako adalah lompatan maju yang signifikan dalam menghubungkan implikasi kesehatan yang luas dari plastik—ke laut dan kemanusiaan."
Komisi menyimpulkan bahwa pola produksi, penggunaan, dan pembuangan plastik saat ini tidak berkelanjutan dan bertanggung jawab atas kerugian yang signifikan terhadap kesehatan manusia, ekonomi, dan lingkungan—terutama laut—serta ketidakadilan sosial yang mendalam.
Plastik, catat laporan itu, menyumbang sekitar 4 hingga 5% dari semua emisi gas rumah kaca di seluruh siklus hidupnya. Ini setara dengan emisi dari Rusia, menjadikannya kontributor skala besar terhadap perubahan iklim.
Rahasia Mengontrol Populasi Nyamuk: Aedes aegypti Jantan Tuli Tidak Bisa Kawin!
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR