Beberapa pakar berpendapat bahwa Al-Quran meminjam Targum Sheni dalam membahas kisah Ratu Syeba. Namun, ada ketidakpastiaan kapan Tagum Sheni ditulis.
Mungkin saja, faktanya Targum Sehni ditulis setelah abad ketujuh setelah penulisan Al-Quran, dalam hal ini teks Islam bisa saja mempengaruhi teks Yahudi.
Dalam Al-Quran, sang ratu tidak disebutkan namanya, namun sumber-sumber Arab kontemporer menyebutnya Bilqis.
Dalam versi Islam, Sulaiman (Solomon) percaya kepada Allah, dikenal dengan kebijaksanaannya, dan dapat memahami bahasa pepohonan dan hewan. Sulaiman juga diberikan kemampuan untuk dapat mengendalikan pasukan jin, manusia, serta burung.
Seperti halnya literatur Yahudi, kisah ini dimulai dengan seekor burung yang memberi berita kepada Sulaiman dari tanah Syeba.
Burung itu berkata: "Saya menemukan dia dan rakyatnya bersujud kepada matahari dan bukan kepada Allah." Inilah yang kemudian mendorong Sulaiman untuk mengirim surat kepada sang ratu.
Dalam literatur Yahudi, Ratu Syeba juga diidentikkan dengan Lilith, sosok iblis kuno. Demikian juga, dalam teks Al-Quran, seorang jin memperingatkan Sulaiman tentang sisi iblis ratu, karena takut raja akan tergoda oleh kecantikannya.
Singkat cerita, dalam kisah ini berakhir dengan tunduknya sang ratu dengan Sulaiman. Ia juga kemudian menyerahkan dirinya kepada Allah.
Ibu Bangsa
Pada abad ke-14, di dataran tinggi utara Tanduk Afrika, kisah tentang Raja Salomo dan Ratu Syeba memiliki arti baru tersendiri.
Dalam versi kisah ini, sang ratu memiliki nama: Makeda. Versi baru ini memadukan kekayaan sastra dan tradisi Kristen, Yahudi, serta Muslim untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Kristen menjadi agama kerajaan Aksum (terletak di Ethiopia modern) pada pertengahan tahun 500-an M. Agama ini masuk bersama dengan pengaruh Yahudi, melalui migrasi dan perdagangan.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR