Kisah Salomo dan Ratu Syeba muncul secara tertulis pada tahun 1321 dalam Kebra Nagast, atau Kemuliaan Para Raja, di Ethiopia.
Dikaitkan dengan Is'haq Neburä -Id, karya ini dibagi menjadi 117 bab. Edward Ullendorff, seorang cendekiawan Ethiopia, menggambarkannya sebagai “Perpaduan raksasa dari kisah-kisah legendaris.”
Penggabungan kisah-kisah ini kemudian akan menjadi teks yang menyatukan budaya Ethiopia selama berabad-abad.
Menurut Ullendorff, penulis Kebra Nagast adalah penyunting dan penerjemah yang sudah lama dikenal, namun belum diketahui siapa ia sebenarnya. Baginya, Kebra Nagast adalah “"salah satu hikayat nasional yang paling kuat dan berpengaruh di seluruh dunia."
Kebra Nagast menawarkan penggambaran ratu yang lebih positif dibandingkan dengan teks-teks Yahudi, Kristen, dan Muslim. Tidak ada yang menyebutkan tentang sifat iblis atau kakinya yang berbulu.
Mencari Syeba
Wilayah Syeba masih hilang dalam sejarah. Dua lokasi utama adalah kerajaan Saba di Yaman modern dan kerajaan kuno Aksum di Ethiopia.
Setelah lebih dari satu abad penggalian oleh sejumlah arkeolog untuk menemukan bukti fisik keberadaan ratu, hasilnya nihil.
Salah satu faktor menyulitkan ialah kronologi yang dikaitkan dengan Salomo, yang sebagian besar terjadi sekitar abad ke-10 SM. Ini tidak sesuai dengan masa kejayaan Saba atau Aksum.
Sebagian besar sumber-sumber Yahudi dan Al-Quran menyebutkan situs-situs yang secara jelas mengaitkan Kerajaan Syeba dengan Saba. Keberadaan kota kuno ini didukung oleh banyak bukti.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR