Nationalgeographic.co.id—Setiap menjelang lebaran, pemberitaan selalu melaporkan hal terkini tentang arus mudik. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan 85 juta penduduk Indonesia melakukan mudik dalam lebaran 2023. 14 juta di antaranya berasal dari Jabodetabek.
Di antara banyaknya pemudik, beberapa punya kebiasaan unik. Sampai-sampai kelakuannya diliput oleh media atau diviralkan di media sosial. Salah satu yang sering dikabarkan tiap tahun adalah pemudik yang meninggalkan penumpangnya.
Yang terbaru, pemudik tujuan Kediri meninggalkan anak dan istrinya di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Dia baru menyadari anak dan istrinya tertinggal ketika motor yang dikendarainya sudah berada di Pemalang--dua kabupaten di timur Brebes.
Nama pengendara motor itu adalah Adam. Ia merasa salah jalan sehingga hendak putar balik di wilayah Wanasari, Brebes. Anak dan istrinya sempat berhenti sebentar. Namun ketika Adam melanjutkan perjalanan ke timur, anak dan istrinya tertinggal.
Tahun 2019, istri dan mertua dari pemudik arus balik lebaran tertinggal di rest area (tempat istirahat) 102, Subang Jawa Barat, setelah mengisi bahan bakar. Menurut keterangan polisi, setelah mengisi bahan bakar, si pemudik lupa bila istri dan mertuanya keluar dari mobil. Kelupaan ini disebabkan kelelahan sopir dari mudik.
Masih banyak berita tentang kelalaian pengendara saat bermudik yang menyebabkan tertinggalnya anggota keluarga. Setiap tahunnya pun ada, seolah menjadi ajang tahunan dalam kabar tentang lebaran.
Namun, bagaimana penjelasannya? Mengapa sering sekali pemudik lalai dan meninggalkan anggota keluarganya saat mudik?
Pelbagai bagian otak kita sangat aktif saat mengendarai. Bagian otak kita yang aktif antara lain lobus frontal, lobus temporal, lobus parietal, lobus oksipital, otak kecil (cerebellum), dan sumsum medulla.
Lobus frontal sangat penting, memantau keterampilan motorik untuk bermanuver dan kematangan emosi. Lobus temporal bertanggung jawab untuk ingatan aturan jalan, motorik, dan ingatan terhadap simbol lalu lintas. Lobus parietal menghubungkan indra untuk persepsi, dan analisis terhadap lingkungan sekitar--visual kita bergantung pada bagian otak ini.
Lobus oksipital merupakan bagian pusat sistem persepsi visual. Bagian ini sangat penting bagi kemampuan kita mengemudi dengan aman. Jika ada gangguan pada lobus oksipital, dapat menyebabkan halusinasi atau kebutaan.
Otak kecil punya peran untuk keterampilan motorik yang penting dalam mengemudi. Bagian ini mengawasi emosi yang berkaitan dengan ketakutan dan kesenangan, sehingga terhindar dari menyetir dengan sembrono.
Namun, kelupaan membawa penumpang selama mudik berhubungan dengan konsentrasi. Berdasarkan berbagai laporan di berbagai berita, para pengemudi mengaku bahwa ketinggalan penumpang mereka disebabkan kurangnya konsentrasi dan kelelahan berkendara beberapa jam perjalanan.
Circle Health Group, penyedia layanan kesehatan independen di Inggris mengungkapkan bahwa kelelahan punya dampak pada otak, dan berujung pada masalah konsentrasi berkendara. Saat kurang tidur, di mana tubuh kita sangat lelah, integrasi informasi pada bagian otak akan terhambat. Dampaknya bisa bermasalah pada firasat dan keputusan Anda yang harus dilakukan sepesekian detik.
Kurang tidur berdampak pada kesehatan, terutama masalah kesejahteraan kognitif dan mental. Kurang tidur juga membuat psikologis, mental, dan fisik terganggu.
Baca Juga: Pedoman Lebaran Masa Pandemi: dari Berangkat Mudik hingga Beribadah
Baca Juga: Evolusi dan Psikologi: Di Balik Orang Kesepian Punya Pemikiran Hebat
Baca Juga: Mengapa Berpikir Keras selama Berjam-jam Membuat Kita Lelah?
Baca Juga: Mudik Lewat Jalur Pansela? Sempatkan ke Berbagai Tempat Wisata Ini
Padahal, berkendara mudik tanpa diawali dengan istirahat yang cukup bisa punya dampak serius dalam jangka pendek, seperti masalah konsentrasi. Otak kita akan sulit melakukan tugas yang membutuhkan penalaran atau pemikiran yang kompleks. Pada akhirnya, seseorang bisa memilih perilaku yang tidak tepat.
"Saat Anda mengantuk, Anda mungkin sering lupa dan salah menaruh barang. Dan ketidakmampuan untuk fokus dan berkonsentrasi yang disebabkan oleh kantuk semakin melemahkan daya ingat," tulis Sue Peacock, konsultan psikologi di Circle Health Group.
"Jika Anda tidak dapat berkonsentrasi pada apa yang ada, itu tidak akan membuatnya menjadi [masalah] memori jangka pendek Anda dan kemudian memori jangka panjang," tulis Sue Peacock.
Kelelahan yang menyebabkan kantuk yang hebat, bisa memperlambat pengemudi untuk bereaksi. Jika Anda melihat bagaimana Adam baru sadar istri dan anaknya tertinggal di Brebes, setelah tiba di Pemalang, hal ini berhubungan dengan rasa kelelahan dan kantuk.
Kantuk merupakan masalah signifikan saat mengemudi atau melakukan pekerjaan dan tugas lain yang memerlukan respon cepat. Kurangnya konsentrasi ini bisa sama berbahayanya dengan mengemudi dalam keadaan mabuk alkohol, terang Peacock.
"Waktu reaksi yang melambat saat berkendara hanyalah salah satu penyebab rasa kantuk yang berlebihan dapat membahayakan Anda dan orang lain di sekitar Anda. Saat Anda kurang tidur, bahkan tugas yang biasa Anda lakukan bisa menjadi berbahaya," tulisnya.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR