Sebagai seorang pangeran, Yongzheng adalah pekerja keras, banyak membaca, dan sangat peduli dengan keadaan moral kekaisaran.
Dia sangat tertarik dengan tradisi filosofis dan religius Tiongkok. “Keduanya akan memandu kebijakan kekaisarannya,” tambah Timm.
Untuk memantapkan dirinya sebagai orang yang memiliki prinsip dan keyakinan bukan hanya masalah preferensi pribadi, tetapi juga kebutuhan politik.
Yongzheng hanyalah salah satu dari 24 putra Kangxi. Ketika ia menduduki takhta, peristiwa itu menjadi perdebatan di antara bangsawan Mancu.
Di sisi lain, orang Tionghoa Han tidak mempercayai dinasti asing. Namun minat Yongzheng pada Buddhisme sangat sejalan dengan budaya spiritual Tiongkok.
Dengan menjunjung tinggi sistem tradisional, Yongzheng mampu menjembatani perbedaan antara suku Manchu dan Han.
Selama 13 tahun pemerintahannya, Yongzheng menulis banyak komentar panjang yang menekankan pentingnya ajaran dan moralitas Konfusianisme.
Tulisan-tulisan Yongzheng diringkas menjadi Instruksi yang Diperkuat tentang Dekrit Suci. Tulisan tersebut menjadi bahan pelajaran wajib bagi para bangsawan dan pejabat pemerintah dari semua etnis.
Membersihkan keuangan Kekaisaran Tiongkok
Yongzheng dapat membuktikan kata-katanya. Untuk membersihkan pejabat dan bangsawan, dia membersihkan harta mereka.
Hal itu dilakukan menegakkan peraturan perpajakan untuk mengakhiri defisit dan memastikan utang diselesaikan tepat waktu. Persediaan perak nasional melonjak hingga lebih dari 60 juta tael pada akhir masa pemerintahannya.
Tidak tanggung-tanggung, Yongzheng bahkan mengincar saudara laki-lakinya dengan menyita aset mereka.
Source | : | Epoch Times |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR